Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Insting Menulis dan Hypnotic Writing

Diperbarui: 15 Juli 2016   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. usacollegetoday.com

Sadar atau tidak, insting menulis banyak orang kini dipengaruhi oleh media sosial, terutama peristiwa-peristiwa yang di-viral-kan sedemikian rupa. Orang juga makin mudah bereaksi terhadap sesuatu disebabkan oleh asupan informasi tak henti pada setiap detik dari gawainya. Televisi atau media massa cetak sudah menjadi sumber kedua untuk bereaksi terhadap informasi. Orang lalu menuliskan sesuatu karena sangat mudah; begitupun mereka berbuat keliru dari tulisan juga sangat mudah kini.

Pada para penulis terdahulu, insting itu juga ada, tetapi melalui pengorbanan sangat berat untuk memublikasikannya. Pengorbanan pertamanya adalah mengetik pada mesin tik dan harus menyediakan cairan koreksi (dulu populer bermerek tip-ex) setiap kali ada salah tik sehingga membuat mereka lebih berhati-hati atau melatihkan mengetik sepuluh jari demi menghindarkan banyak kesalahan. 

Perjuangan selanjutnya adalah mengirimkan ke redaksi media, lalu menanti dengan harap-harap cemas. Tidak jarang tulisan yang sudah susah-susah dibuat itu tidak pernah dimuat di media massa mana pun tanpa mereka tahu apa yang menjadi alasan penolakan. Akhirnya, hanya tersimpan sebagai arsip.

Insting menulis memang dipengaruhi oleh ide yang ditemukan sang penulis atau terlecut oleh ide lainnya. Pertemuan itu membuat ia akan menimbang jenis tulisan apa yang akan diwujudkannya dari ide tersebut. Jenisnya dalam bentuk ringkas dapat berupa cerpen (fiksi), artikel opini, esai, feature, berita, atau sekadar status. Jenis sangat bergantung pada tujuan si empunya ide dan keterampilannya. 

Di luar hal itu tentu yang menjadi pertimbangan adalah kecukupan bahan tulisan serta referensi-referensi yang sangat mendukung, termasuk data dan fakta. 

Di sini para penulis yang berinsting kuat sangat mudah menemukan contoh-contoh ataupun studi kasus dari memori benaknya atau mencarinya lewat mesin pencari sehingga sebuah tulisan akan cepat terwujud. Tidak semua orang piawai menggunakan mesin pencari, terutama seni menggunakan kata kunci untuk menelusuri beragam detail informasi.

Insting menulis juga didorong oleh misi pribadi, apakah itu hendak berbagi, hendak menonjolkan diri, ataupun sekadar hendak menimbulkan kontroversi (kegaduhan) di ranah publik. Karena itu, orang yang instingnya berbagi, kecenderungan tulisannya pun lebih banyak mengungkap hal-hal yang belum diketahui banyak orang atau hal-hal yang merupakan hasil pengamatan serta risetnya sendiri sehingga sedikit banyak bermanfaat. 

Orang yang memiliki insting menimbulkan kontroversi pasti akan terus terdorong mencari-cari hal-hal yang dapat dijadikannya umpan kegaduhan. Panggung media sosial membuatnya bakal makin menggila untuk menggoreng isu.  

Begitu pun orang yang punya kecenderungan pamer akan selalu menulis hal-hal yang memungkinkan banyak orang terkagum-kagum seolah-olah pada kedahsyatannya--meskipun tidak semua dapat dipengaruhi.

Alih-alih sebuah seni dan keterampilan, menulis pun kini menjadi kebutuhan. Bahkan, saya pernah mengungkapkan secara dramatis bahwa menulis adalah keterampilan penting pada zaman kini untuk bertahan hidup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline