Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

(Bukan) Mudik ke Tembagapura

Diperbarui: 14 Juli 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya selang tiga hari selepas ditelepon, saya pun bersiap menuju Timika dan lanjut ke Tembagapura. Pasalnya, yang menelepon ingin saya melihat langsung lokasi dan aktivitas untuk dibukukan. Duh, sudah mau lebaran nih dan benarlah saya berbaur dengan para pemudik di bandara. Seolah-olah saya pun hendak mudik ke Tanah Papua, padahal untuk urusan kerja penulisan buku.

Menarik, ini perjalanan perdana saya ke Papua--satu-satunya pulau besar yang belum saya singgahi di Indonesia. Gayung bersambut, saya diundang untuk mengunjungi PT Freeport Indonesia (PTFI) di Tembagapura. Berangkat hari Minggu (12/7) malam pukul 22.30 menumpang Airfast Indonesia, saya tiba di Timika pukul 7.30 pagi setelah sebelumnya transit di Makassar. Alhamdullilah, ibadah puasa masih terjaga. Sahur di atas langit dengan menu omelet dan sosis ayam pun jadi meski waktu tinggal 15 menit lagi menjelang Subuh.

Sungguh, saya tidak tahu bahwa kemudian saya harus terbang lagi. Kali ini menggunakan helikopter yang bahasa gaulnya disebut chopper yaitu heli canggih buatan Rusia model Mi-171. Waktu tempuh hanya 16 menit ke Tembagapura, sangat jauh dibandingkan perjalanan darat yang bisa memakan waktu dua jam lebih dengan bus khusus. Dari atas chopper saya benar-benar menyaksikan pemandangan menakjubkan barisan pegunungan dan perbukitan dengan tebing-tebing yang curam.

Di satu lembah, di situlah terdapat distrik Tembagapura--sebuah kota yang dibangun untuk para pekerja PTFI dengan berbagai fasilitas untuk mendukung sebuah kehidupan yang normal meskipun terisolasi oleh alam. Pada hari kedua, saya sempat diajak berkeliling untuk melihat-lihat fasilitas yang ada, termasuk sebuah lapangan sepak bola yang dilapisi karpet serta sport hall yang juga kadang berfungsi sebagai aula pertemuan.

[caption caption="Lapangan sepak bola berlapis karpet yang berada di depan Sport Hall, Tembagapura (Dok. Bambang Trim)"][/caption]

Injury time menjelang lebaran, saya akhirnya bisa menikmati alam Tembagapura yang berada pada satu lembah dibentengi oleh perbukitan dengan tebing-tebing yang menjulang. Udara dingin juga sangat terasa, terutama ketika senja dan kabut-kabut tebal mulai turun mengurangi jarak pandang. Karena itu, jaket adalah pakaian wajib untuk mondar mandir di sini.

Soal urusan puasa dan berbuka, saya tidak khawatir. Ada pusat ekonomi berupa pertokoan dan kafe yang menyajikan makanan khas berselera. Namun, kafe tutup pukul 18.00. Jadi, saya buru-buru memesan untuk dibawa dan berbuka di kamar mess yang sunyi sepi. Minuman dan camilan ringan saya beli dari Hero supermarket. Jika kekurangan uang tunai, ATM Bank Mandiri dan CIMB Niaga tersedia.

[caption caption="Salah satu pusat ekonomi di Tembagapura. (Dok. Bambang Trim)"]

[/caption]

Apa urusan saya di Tembagapura? Tadi sudah disinggung tidak jauh dari profesi saya sebagai writerpreneur. Saya diminta untuk menuliskan soal quality of life terkait dukungan PTFI untuk kenyamanan hidup karyawan di sana. Tentu dengan akses terbatas hanya melalui sinyal selular dan penerbangan chopper, karyawan dan keluarganya harus dibuat nyaman untuk tinggal dan bekerja.

Benar saja kota tambang ini menyajikan fasilitas kelas dunia. Ada pusat olahraga, rumah sakit, pusat ekonomi dan pertokoan, tempat ibadah, restoran, hingga mess hall tempat makan yang biasa menampung 4.000 orang pekerja setiap jam makan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline