Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Sekelebat Cerpen: Sentuhan Pertama

Diperbarui: 9 Mei 2024   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Sentuhan Pertama

Sudah dua minggu Rohimah Arrum Fitriyah tidak bertemu Mas Bambang. Melalui WA Mas Bambang mengabarkan sedang sibuk mengurus lamaran kerja untuk menjadi Dosen Luar Biasa pada salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Rohimah senang sekali bahwa calon suaminya adalah calon seorang pendidik para mahasiswa. Rohimah meminta orangtuanya untuk mendoakan agar Mas Bambang bisa diterima sebagai dosen. Kedua orangtuanya pun dengan  senang hati menyanggupi untuk mendoakannya.

Meskipun kenangan dari perjumpaan sebelumnya masih selalu terbayang, belum hilang, Rohimah sudah tak sabar ingin menambah dengan kenangan barunya nanti pabila bertemu lagi dengan Mas Bambang. Seandainya diijinkan, Rohimah rela mengalah untuk menyusul menemui Mas Bambang di Surabaya. Bagi Rohimah, Mas Bambang sudah dianggap sebagai suami batin dan jiwanya yang kini sedang rindu gundah karena ingin segera bertemu dan pasrah.

Rohimah Arrum Fitriyah melamun di depan cermin yang menampilkan wajah cantiknya yang merona penuh pesona. Kecantikannya mencerminkan hatinya yang masih suci polos dan selalu patuh kepada orangtua serta rajin beribadah. Kecantikan sejati yang benar-benar timbul dari dalam diri pribadi yang masih suci. Di dalam lamunannya, ada wajah Mas Bambang yang senantiasa ia rindukan.

Sedang asyik-asyiknya melamunkan Mas Bambang, tiba-tiba dari belakang terdengar suara ibunya yang mengabarkan kedatangan Mas Bambang. Rohimah melompat kegirangan memeluk tubuh ibunya tanda senangnya bukan kepalang. Ibu Hajjah Mufidah juga sangat senang melihat putri semata wayangnya yang sangat senang.

"Permisi ibu...mohon ijin, apakah boleh hari ini dik Rohimah  saya ajak jalan-jalan keluar?"

"Boleh Nak Bambang...tapi hati-hati di jalan ya Nak ya" Ibu Hajjah Mufidah memanggil Mas Bambang dengan sebutan Nak, tanda bahwa Mas Bambang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

"Bapak di mana ya, Bu?" Tanya Rohimah kepada ibunya.

"Di Kebun, Nduk, meneruskan pekerjaan kemarin yang belum selesai...kalau bisa sebelum pergi jalan-jalan pamit dulu ke bapak ya Nduk ya?"

"Iya, Bu"

Setelah diijinkan ibunya, Rohimah dan Mas Bambang kemudian menuju ke lahan kebun mangga untuk pamit atau minta ijin ke bapaknya. Bapak Haji Zamroni, ayahnya Rohimah sangat senang sekali kedatangan calon menantunya bersama anak tercintanya. Sama seperti ibunya, ayahnya juga mengijinkan dan berpesan agar ketika di jalan berhati-hati.

Di atas sepeda motor "Ninja" milik Mas Bambang, Rohimah melingkarkan kedua tangannya dengan erat ke bagian perut Mas Bambang dengan dada menempel ke punggung Mas Bambang agar tak jatuh ketika sewaktu-waktu Mas Bambang memacu kendaraannya dengan kencang.

Rohimah tak bertanya akan diajak jalan-jalan ke mana, karena bagi Rohimah pergi ke mana pun tak masalah, asal perginya bersama Mas Bambang.

Kendaraan dipacu kencang sehingga  tak seberapa lama sampailah di tempat wisata Bukit Pinus Taman Dayu yang sangat indah. Di tempat tersebut sudah banyak pasangan yang sedang  berpacaran sambil menikmati keindahan dan kesejukan perbukitan pinus.

Di perbukitan hutan pinus inilah Mas Bambang pertama kali mencium kening Rohimah Arrum Fitriyah sambil mengucapkan perasaan cintanya. Rohimah memejamkan matanya dengan pasrah merasakan sentuhan pertama dari Mas Bambang. Sentuhan pertama yang mententeramkan hatinya karena mengandung kepastian cinta dari Mas Bambang kepada dirinya yang akan dipersunting sebagai istri Mas Bambang. Sentuhan pertama yang juga membahagiakan jiwanya karena jodoh pilihan orangtuanya berlanjut saling cinta.

(sentuhan pertama, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Sentuhan Pertama. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline