Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Sekelebat Cerpen: Jualan Parfum

Diperbarui: 16 April 2024   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Jualan Parfum

Setelah lama dan berkali-kali bertemu dengan Mbah Soleh, saya memutuskan untuk tidak ikut-ikutan menyebut beliau sebagai wong aneh. Alasannya karena keanehan-keanehan yang dimunculkan dari beliau bukan keanehan akibat dari ketidakwarasan beliau tetapi keanehan yang justru banyak memberikan pencerahan hidup. Mungkin akan lebih tepat apabila disebut sebagai wong hebat.

Selama ini semua yang dikatakan oleh beliau selalu menuntun saya ke arah kebaikan hidup. Beliau juga menggunakan prinsip keberimbangan. Meskipun sekedar ngopi, beliau juga mentraktir kopi setelah sebelumnya saya yang mentraktir kopi. Beliau juga sangat disiplin, hanya bisa ditemui malam hari, kecuali kalau beliau yang ingin menemui maka siang hari beliau akan menemui.

Setelah saya merasakan ada keakraban antara saya dan beliau, rencananya saya ingin menanyakan tentang kegiatan apakah yang dilakukan beliau ketika siang hari?

Mengapa saya harus menunggu akrab dahulu untuk menanyakan hal tersebut?

Jawabannya adalah agar tidak menyinggung perasaan beliau.

Nah, sampailah akhirnya pada suatu perjumpaan, dimana akan saya tanyakan tentang kegiatan beliau di siang hari.

"Hehehe...hehehe....hehehe" Mbah Soleh bolak-balik tersenyum-senyum sendiri di hadapan saya yang dipisahkan oleh meja kopi.

Dalam hati saya, senyuman Mbah Soleh ini pasti ditujukan kepada saya. Beliau pasti sudah tahu tentang yang akan saya tanyakan kepada beliau.

"Ada apa, Mbah...kok tersenyum-senyum sendiri?" Karena sudah akrab maka saya berani mempertanyakan senyuman Mbah Soleh tersebut.

"Kok nggak dari dulu dulu menanyakannya?....hehehe"

"Menanyakan apa, Mbah?"

"Menanyakan kegiatan Mbah siang hari.....hehehe"

Dugaan saya benar bahwa Mbah Soleh sudah tahu lebih dahulu tentang apa yang akan saya tanyakan kepada beliau.

"Karena dulu saya belum akrab dengan Mbah.....Takut menyinggung hati Mbah"

"Hehehe....hehehe...hehehe"

"Kok malah ketawa, Mbah?"

"Orang setua Mbah ini kalau gampang tersinggung maka tak pantas kalau dipanggil Mbah....hehehe"

"Oh begitu ya Mbah?"

"Iya"

Karena pertanyaannya sudah diketahui Mbah Soleh kemudian saya tanyakan tentang apa jawaban dari beliau. Mbah Soleh pun lantas menjawab secara rinci pertanyaan saya tersebut.

Bahwa kegiatan Mbah Soleh kalau siang hari mengontrol bisnis jualan parfumnya yang ada di tiga kota yaitu di Sidoarjo, Gresik, dan Pasuruan. Semua bisnisnya ini berskala kecil dalam bentuk kios parfum. Meskipun dalam bentuk kios tapi jumlahnya banyak dan tersebar di tiga kota tersebut. Semua kios parfum tersebut berlokasi di tempat-tempat yang sangat khusus yaitu di tempat ziarah wali atau wisata religi. Lantas siapa yang menjaga kiosnya? Mbah Soleh sebelumnya melatih para Anjal (Anak jalanan) yang punya niat bisnis kemudian bagi Anjal tersebut difasilitasi bisnis kios parfum. Prinsip utama yang harus dipegang oleh Anjal yang sudah dientaskan tersebut adalah kejujuran.

Setiap pagi sampai sore hari, Mbah Soleh mengontrol bisnis jualan parfumnya tersebut di tiga kota tersebut secara bergantian. Satu hari di Gresik, satu hari di Pasuruan, dan satu hari di Sidoarjo. Sorenya pulang ke Surabaya dan menghabiskan waktu malam harinya di warung kopi. Mbah Soleh sengaja tidak mendirikan cabang kios parfumnya di Surabaya, karena Mbah Soleh ingin ketika di Surabaya tidak lagi memikirkan urusan bisnis, tapi khusus untuk urusan batin atau urusan non-bisnis.

 

Seperti biasanya, semua penjelasan dari Mbah Soleh tersebut selalu mencerahkan saya dan selalu ada hal yang di luar persangkaan saya yaitu ternyata Mbah Soleh yang kelihatannya lontang-lantung di malam hari layaknya pengangguran ini, ternyata punya bisnis yang tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk mengentaskan anak jalanan sehingga punya ketrampilan bisnis untuk bekal hidupnya kelak.

(jualan parfum, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Jualan Parfum. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline