Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Sekelebat Cerpen: Wong Aneh-Bab Ganjil

Diperbarui: 12 April 2024   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Wong Aneh-Bab Ganjil

Orang sekitar menyebutnya sebagai Wong Aneh.

Banyak yang bilang bahwa dia bukan orang asli sini.

Banyak juga yang bilang bahwa dia punya ilmu tingkat tinggi.

Tapi orangnya sulit dicari kalau siang hari, carilah di malam hari.

"Bertempat di manakah dia kalau siang hari?"

"Tidak tahu", kata salah seorang di antara mereka ketika saya tanya.

"Apakah betul dia munculnya di malam hari?" Saya mencoba bertanya lagi untuk memastikan bahwa kalau mencari dia di malam hari.

"Betul, Mas" jawab salah seorang di antara mereka.

"Di mana sebaiknya saya mencari dia"

"Cari saja di warung kopi, Mas"

Didorong rasa sangat penasaran, lalu saya cari dia di warung kopi. Tidak ketemu di warung kopi yang satu, saya cari di warung kopi yang lainnya, sampai akhirnya berhasil bertemu dengan dia, yaitu dengan orang yang dijuluki sebagai Wong Aneh tersebut.

"Itu, Mas, orangnya lagi ngopi, yang duduk paling kiri" jawab petugas parkir ketika  saya tanya apakah Wong Aneh sudah datang ke sini.

Dengan berbekal gambar foto dia yang tersebar di medsos, saya menjadi yakin bahwa memang betul dialah orang yang saya cari itu. Orangnya sudah agak tua, rambutnya gondrong putih semua.

Kemudian saya duduk di sebelahnya dan dia menyambut baik ajakan bersalaman dari saya. Saya lihat di depannya sudah ada satu gelas kopi tapi sudah hampir habis isinya. Supaya dia tidak pergi karena sudah habis kopinya, maka saya coba pesankan lagi untuknya satu gelas kopi bersama satu gelas kopi pesanan saya sendiri.

"Terima kasih....terima kasih....hehehe"  sambil menoleh ke saya, dia mengucapkan terima kasih dua kali.

"Kamu mau bertanya ya?"

"Betul, Mbah"

Keanehan yang pertama muncul, terbukti tanpa basa-basi Wong Aneh yang saya sebut sebagai Mbah tersebut langsung tahu maksud tujuan saya mencarinya yaitu untuk bertanya.

"Mau bertanya yang aneh-aneh atau mau jawaban yang aneh-aneh?....hehehe"

"Dua-duanya, Mbah"

Keanehan yang kedua muncul, terbukti dia tahu tentang ketertarikan saya terhadap sesuatu yang aneh-aneh, khususnya pertanyaan yang aneh-aneh dan jawaban yang aneh-aneh.

"Tanya apa silahkan....hehehe"

"Mau tanya tentang lailatul qodar, Mbah"

"Yang kemunculannya di malam yang ganjil itu, ya atau bukan?....hehehe"

"Ya, Mbah"

Keanehan yang ketiga muncul, terbukti dia sangat tepat menebak titik bidik pertanyaan saya yaitu malam yang ganjil.

Sebenarnya ada keanehan yang lainnya dari Mbah ini yaitu setiap berbicara selalu diakhiri dengan tersenyum "hehehe", tapi itu saya anggap bukan keanehan, melainkan keramahan.

"Menurut kamu, ganjil itu angka atau bukan?....hehehe"

"Angka, Mbah"

"Angka yang di kalender ya? ....hehehe"

"Ya, Mbah"

"Berarti itu di luar diri kamu ya?...hehehe"

"Ya, Mbah"

"Ya kalau anggapan kamu selalu begitu, kamu nggak bakalan ketemu dengan yang namanya lailatul qodar....hehehe"

"Kok bisa begitu, Mbah?" saya bertanya dengan heran karena merasa ada keanehan dari pernyataan dan pertanyaannya Mbah.

Melihat saya heran, lalu Mbah menjelaskan bahwa ganjil bukan angka yang terletak di kalender atau di luar diri kita, tapi ganjil itu adalah sifat yang terletak di dalam diri kita.

"Sifat seperti apakah itu, Mbah, sehingga kita menganggapnya sebagai sesuatu yang ganjil?" saya bertanya kepada Mbah.

"Sifat-sifat yang menyebabkan kita tidak mau melakukan perbuatan karena perbuatan tersebut kita anggap tidak wajar atau tidak umum jika kita kerjakan....hehehe"

"Contohnya, Mbah?

"Contohnya banyak, ini diantaranya: mencintai kepada yang membenci, berbuat baik kepada yang telah menjahati diri kita, tetap bekerja ikhlas walaupun tidak diupah, tidak mengingat-ingat perbuatan baik dirinya kepada orang lain, selalu mengingat-ingat perbuatan baik orang lain kepada dirinya.....dan lain-lain...dan lain-lain.....hehehe"

Dengan contoh-contoh yang telah disebutkan Mbah tadi, alhamdulillah akhirnya saya menjadi paham dan tercerahkan tentang makna "ganjil" tersebut.

(wong aneh-bab ganjil, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Wong Aneh-Bab Ganjil. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline