Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Sekelebat Cerpen: Keraguan Indah

Diperbarui: 1 April 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen |  Keraguan Indah

Di rumahnya, Indah sulit memejamkan matanya, padahal malam telah larut hampir bergeser ke pagi. Indah teringat Ayah-Ibunya Mas Toni yang sudah sangat sepuh. Indah sangat terharu kalau  mengingat kembali kata-kata Ayahnya Mas Toni agar Indah mendoakan semoga Mas Toni mau menikah dengan selain dengan Indah. Indah sangat memaklumi bahwa Ayah-Ibunya Mas Toni tentu sangat mendambakan keturunan dari anak laki-lakinya yang semata wayang. Sementara Mas Toni yang dulu akan menikah lagi lalu mengurungkan niatnya dengan alasan  masih sangat mencintai Indah. Bahkan Mas Toni di depan meja pengadilan agama berjanji untuk tak akan pernah melakukan KDRT lagi serta memohon untuk diberikan kesempatan sekali lagi melanjutkan kehidupan rumah tangganya dengan Indah.

Indah juga membayangkan mendiang Ibundanya tercinta, barangkali apabila Indah tidak langsung lari ke Bandung meninggalkan rumah tangganya, mungkin kekagetan Ibunya tidak sampai menyebabkan penderitaan batin yang mendalam.

Mengingat kejadian itu, air mata Indah tak bisa ditahan lagi bercucuran membasahi pipinya, "Maafkan Indah ya Bu....maafkan Indah".

Lamunan Indah tentang Ibunya berganti kembali melamunkan Mas Toni dan Ayah-Ibunya Mas Toni yang sudah sepuh, yang mungkin sekarang sudah putus harapan untuk bisa menimang cucu, karena Mas Toni tak mau menikah kalau tidak dengan Indah. Betulkah sebesar itu cinta Mas Toni kepada Indah?, Indah berbicara kepada dirinya sendiri.  Seandainya betul, apa yang harus Indah lakukan demi rasa kasihannya kepada Ayah-Ibunya Mas Toni?. Berikutnya adalah apakah betul Mas Toni bisa menahan diri untuk tak melakukan KDRT lagi jika Indah menolak permintaan Mas Toni untuk memberikan "nafkah batinnya" kepada Indah?

Seandainya semua itu betul, mumpung surat gugatan cerai Indah belum diputuskan pihak pengadilan, bagaimanakah cara Indah untuk mencabut gugatan cerainya dengan tanpa meninggalkan bekas rasa malu Indah yang telah plin-plin atau tidak teguh pendirian?

Indah terus berbicara kepada dirinya sendiri. Semakin dipikirkan dan  dilamunkannya semakin rumit permasalahan yang dihadapi Indah. Semakin besar rasa empati Indah, semakin tak tega Indah kepada keluarga Mas Toni. Lebih-lebih jika dipikirkan juga tentang rumah Indah yang dibiarkan kosong tak ada yang menghuni, ditambah lagi pendapat warga kampung yang lebih menjurus ke harta warisan Toni yang sangat banyak karena Mas Toni adalah anak tunggal. Jika ditafsirkan sudah tak ada persoalan ekonomi, tinggal persoalan cinta saja yang ada.

Dari melamunkan keluarga Mas Toni yang perlu dikasihani, kemudian Indah bergeser melamunkan Mas Bambang. Indah hampir yakin kalau cerita ini disampaikan ke Mas Bambang, kemungkinan Mas Bambang juga tidak tega melihat kondisi keluarga Mas Toni.  Kemungkinan Mas Bambang akan merelakan Indah untuk Mas Toni dengan catatan Indah juga rela untuk kembali ke Mas Toni. Terus bagaimana dengan cicilan rumahnya di Bandung yang hasil patungan antara Indah dan Mas Bambang?. Terus bagaimana tanggapan Keluarga Besar Pasuruan terhadap sikap Indah, padahal Mas Bambang telah rela pindah kerja demi Indah? Bagaimana tanggapan Mbak Della dan Ibu Pasuruan yang telah menerima Indah dan sangat menyayangi Indah?

Terakhir bagaimana tanggapan Pak Lik dan Bu Lik Pekalongan yang telah menggalang tanda tangan untuk surat dukungan yang akhirnya Mas Toni ketakutan lalu menyerah kalah dan menyetujui gugatan cerai Indah karena ada ancaman tuntutan hukuman penjara, apakah tidak malu nantinya kepada para pendukung Indah yang telah membubuhkan tanda tangannya?.

Indah tak mampu menghentikan lamunannya hingga akhirnya  Indah tertidur sendiri tanpa disadari. Indah baru terbangun karena ada suara keramaian di luar kamarnya. Yaitu suara keponakan-keponakan Indah yang bermain, guyon, dan  berlarian kejar-kejaran di dalam rumah.

(keraguan indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Keraguan Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline