Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan Puisi: Rencana Merinci TIDAK KAPOK. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

Sekelebat Cerpen: Milik Indah

Diperbarui: 26 Maret 2024   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Milik Indah

Alhamdulillah dengan pindah kerja, Mbak Ikhe sudah tidak pernah menghubungi saya lagi. Indah pun sudah tidak mendiamkan saya lagi.

Proses pindah kerja tentu tak mudah. Tapi setidaknya langkah nyata pembuktian cinta sudah saya lakukan yaitu pengunduran diri dari tempat kerja. Dan alhamdulillah pengunduran diri saya tersebut sudah disetujui, meskipun harus melalui proses yang cukup alot. Sebenarnya pihak perusahaan tidak setuju atas pengunduran diri saya ini, karena dalam proses pengembangan produk baru yang akan diluncurkan nanti, saya termasuk key person yang banyak berkontribusi terutama dalam hal inovasi desain produk dan inovasi proses produksi produk baru tersebut. Tapi saya tetap bersikukuh untuk mengundurkan diri.

Indah sangat bahagia dengan keputusan saya ini. Indah sangat optimis bahwa saya tidak akan menemui kesulitan dalam mencari tempat kerja yang baru nanti.

Optimisme Indah terbukti. Belum tiga hari saya menganggur karena resign, saya sudah dihubungi oleh tiga perusahaan pesaing tempat saya bekerja. Semuanya menawarkan gaji yang lebih tinggi. Di antara tiga pesaing tersebut ada satu yang menawarkan gaji dua kali lipat dari gaji saya terakhir dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Kepada tiga perusahaan tersebut saya belum memberikan keputusan karena ingin berdiskusi dulu dengan Indah.

"Mas Bambang, maafkan diri Indah ya mas ya karena Indah terlalu posesif terhadap Mas Bambang. Gara-gara Indah akhirnya Mas Bambang keluar dari perusahaan."

"Tidak apa-apa, In. Saya justru malah senang dengan ketegasan Indah dalam memberikan opsi tanpa kompromi, karena itu tandanya bahwa Indah punya rasa memiliki yang sangat besar atas diri saya."

"Tahu nggak Mas Bambang kalau Indah sangat cinta bangeeeeetttt sama Mas Bambang?"

"Iya, In saya tahu".

Saya lihat wajah Indah sangat senang mendengar jawaban dari saya tersebut. Kemudian saya menceritakan tentang tawaran kerja dari tiga perusahaan pesaing. Saya ceritakan juga tentang kompensasi yang ditawarkan mereka.

"Kok mereka tahu kalau Mas Bambang sudah keluar dari perusahaan, padahal kan baru tiga hari yang lalu pengunduran diri Mas Bambang?" Indah bertanya penuh keheranan.

"Iya, In, namanya saja perusahaan pesaing, pasti selalu memantau perkembangan perusahaan yang menyainginya." Indah nampak "ngeh" atau paham terhadap jawaban saya ini.

"Kalau menurut Indah, Perusahaan mana yang sebaiknya saya terima?"

"Yang gajinya paling rendah di antara tiga perusahaan tersebut, Mas"

"Mengapa bukan yang gajinya paling tinggi, In?"

"Sebagai orang keuangan, Indah sangat paham tentang trade-off antara gaji dengan tuntutan atau target perusahaan, Mas"

"Maksudnya, In?"

"Semakin tinggi gaji yang diberikan, semakin tinggi pula tuntutan atau target perusahaan." Terhadap jawaban Indah ini, saya mulai paham.

"Lalu kenapa harus menghindari tuntutan atau target paling tinggi agar gajinya juga paling tinggi, In?"

"Karena Indah takut, Mas Bambang tak punya waktu lagi buat Indah".

"Iya, In, demi cinta saya kepada Indah, saya akan memilih yang tawaran gajinya paling rendah. Tapi?" Setelah mengucapkan kata "Tapi?" saya berhenti.

"Hahahaha mulai lagi deh tebak-tebakan dari Mas Bambang sayangku...."

"Tapi ini ada alternatif lain lagi In, barangkali Indah setuju"

"Apa itu, Mas?"

"Kalau misalnya saya pindah kerja ke Surabaya dengan alasan biar bisa dekat dengan rumah Ibu di Pasuruan, Surabaya-Pasuruan hanya 1 jam via toll, In......Indah tak perlu kuatir, pasti nantinya Indah akan saya boyong ke Surabaya.....apakah Indah setuju?"

"Kerja apa kira-kira Mas Bambang nantinya di Surabaya?"

"Ngelamar jadi dosen, In."

"Jangan ah, Mas...soalnya ada yang cerita bahwa kerja jadi dosen itu full pengabdian...gajinya rendah tapi tuntutan pekerjaannya sangat tinggi".

"Terus keputusan yang baiknya kira-kira bagaimana, In?, saya akan manut Indah saja"

"Di Bandung saja, Mas."

"Baik kalau begitu, In...deal..saya sepakat".

Mendengar jawaban saya tersebut, Indah nampak semakin bahagia hatinya karena sudah tak bimbang lagi bahwa saya benar-benar milik Indah. Saya juga sangat bahagia menjadi milik Indah.

(milik indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Milik Indah. Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline