Sekelebat Cerpen | Pengorbanan Indah
Sudah satu minggu Indah mendiamkan saya. Setiap saya menemuinya selalu ia menghindar masuk kamar. Hape juga dimatikan. Tak ada komunikasi yang bisa saya lakukan untuk menyelesaikan persoalan. Persoalan kecemburuan Indah yang berujung kemarahan Indah.
Saya mencoba minta tolong teman terdekatnya untuk membantu menyelesaikan persoalan ini, juga menemui jalan buntu. Hanya ada pesan berupa peringatan keras yang disampaikan teman Indah ke saya, berupa sobekan kertas kecil dengan tulisan tangan: "Pilih Ikhe atau Indah!". Saya tahu dan mengenal itu memang tulisan tangan Indah.
Saya yakin kemarahan Indah ini bukan kemarahan yang tidak ada dasar alasannya. Juga tidak hanya berdasar rasa cemburu dan rasa cinta saja, tapi atas dasar bukti-bukti yang barangkali menurut Indah sudah melebihi dari cukup.
Di lain sisi, Mbak Ikhe, hampir tiap hari dan hampir tiap malam banyak menyita waktu saya karena selalu mengajak berdiskusi tentang pekerjaan kantor. Bahkan sering datang ke rumah kos saya, juga dengan alasan urusan pekerjaan kantor.
Dari semua pembicaraan yang dilakukan Mbak Ikhe dengan saya, tak ada satupun yang mengarah ke pembicaraan tentang cinta. Mbak Ikhe juga tidak pernah menyinggung-nyinggung masalah keluarganya. Semua pembicaraan benar-benar fokus pada pekerjaan kantor. Cuma ada satu hal yang bikin saya heran sampai sekarang adalah mengapa Mbak Ikhe seringnya diskusi hanya dengan saya dan bukan dengan teman-teman satu tim lainnya, padahal dalam urusan kantor, mereka juga sama-sama menguasai karena memiliki kompetensi dan tupoksi yang sama dengan saya.
Mbak Ikhe orangnya pantang menyerah dan sepertinya tak punya rasa tersinggung meskipun berkali-kali saya tolak untuk berdiskusi. Meskipun berkali-kali saya larang untuk datang ke rumah kos saya. Selalu ada alasan yang akhirnya saya menerima dia untuk berdiskusi. Bahkan pernah ketika dia baru datang saya tinggal pergi. Tapi dia tidak kapok dan tidak tersinggung. Di hari lainnya dia datang lagi atau malam harinya menelpon saya. Pernah juga ketika dia menelepon langsung saya matikan, tapi begitu saya hidupkan lagi, dia nelpon lagi. Nah, kalau ketemu orang yang seperti ini, kira-kira apa ya solusinya?
Saya juga yakin bahwa Indah pasti sudah tahu tentang seringnya Mbak Ikhe datang ke rumah kos saya. Informasi bisa datang dari mana saja, bisa dari temannya atau dari yang lainnya. Berdasarkan bukti seringnya Mbak Ikhe datang ke rumah kos saya ini tentu akan menyebabkan semakin memuncaknya kemarahan Indah.
"Pilih Ikhe atau Indah!". Ini yang sekarang menjadi problem besar saya. Alasan yang selalu digunakan oleh Mbak Ikhe untuk bertemu, berdiskusi, dan menelepon saya selalu demi untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Bagaimana kalau solusinya adalah pindah kerja?.
Setelah sekian jam saya pikirkan dengan matang, akhirnya saya menemukan alasan yang kuat untuk memutuskan pindah kerja. Saya juga ingin membuktikan cinta saya kepada Indah melalui pengorbanan ini. Mudah-mudahan ini merupakan pengorbanan indah (pengorbanan yang indah) dari saya untuk Indah. Semoga dengan pengorbanan ini, Indah tak mendiamkan saya lagi.
Dengan cara yang sama yang dilakukan Indah, sayapun menggunakan sobekan kertas kecil untuk menjawab "Pilih Ikhe atau Indah!". Saya tulisi sobekan kertas kecil itu dengan kalimat singkat ini:"saya akan pindah kerja demi memilih Indah!".
Sobekan kertas kecil ini kemudian saya berikan ke teman Indah untuk disampaikan kepada Indah.
Surat pengunduran diri juga sudah saya siapkan, tinggal menyampaikan kepada atasan saya.
(pengorbanan indah, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Pengorbanan Indah. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H