Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Sekelebat Cerpen: Menyentuh Indah

Diperbarui: 11 Maret 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen |  Menyentuh Indah

Mungkin karena respons yang diinginkan tidak sesuai harapan, akhirnya muncul semacam kekesalan hati. Dan itu tidak hanya sekali saja terjadi tapi telah berkali-kali terjadi. Sehingga wajar atau bisa dimaklumi kalau pada akhirnya Indah kesal hati. Kesal hati karena respons saya tidak sesuai dengan harapan Indah.

"Mas Bambang jangan marah ya mas, kalau Indah akan bertanya ke Mas Bambang nanti."

"Dijamin saya tidak akan marah, In. Karena saya orangnya sulit marah bahkan sebagian teman-teman dekat saya ada yang bilang bahwa saya itu orangnya tidak bisa marah....bahkan ada lagi yang bilang bahwa urat saraf marahnya saya sudah putus...hehehe."

"Alhamdulillah kalau Mas Bambang begitu....Indah jadi merasa nyaman dan aman."

"Monggo, In....apa pertanyaannya ke saya?"

"Mengapa Mas Bambang tidak mau menyentuh Indah?...padahal Indah selalu berharap ada sentuhan Mas Bambang ketika Indah bersama Mas Bambang."

Saya memandang wajah Indah dan melihat ada aura kepuasan setelah Indah mengajukan pertanyaan tersebut.  

"Bukannya saya tidak mau menyentuh Indah tapi karena saya takut tidak bisa mengendalikan nafsu saya setelah menyentuh Indah. Saya takut akan berakibat menodai Indah."

"Kalau misalnya Indah rela dinodai Mas Bambang, bagaimana, apakah Mas Bambang tetap tidak mau menyentuh Indah?"

"Mengapa rela dinodai, In?" Saya langsung bertanya sebelum menjawab pertanyaan Indah.

"Karena Indah cinta banget sama Mas Bambang." Jawaban Indah singkat dan tegas.

"Saya juga cinta banget sama Indah. Tapi saya tidak ingin menodai Indah meskipun Indah rela dinodai saya. Kecuali......." Saya sengaja berhenti setelah kata "kecuali".

"Kecuali apa, mas?"

"Kecuali kita sudah resmi sah sebagai suami-istri."

Setelah selesai mendengar jawaban saya tersebut, dengan sangat cerianya Indah langsung menubruk dan memeluk saya dengan erat, sambil membisikkan kata-kata di telinga saya, "biarkanlah Indah dulu yang menyentuh Mas Bambang, kalau Mas Bambang tidak mau menyentuh Indah".

(menyentuh indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang  Menyentuh Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline