Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

podo tumuju tuwo dewe dewe

Sekelebat Cerpen: Saran Indah

Diperbarui: 5 Maret 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Saran Indah

Akhir-akhir ini. Seminggu terakhir ini.  Saya meraskan ada kegusaran di hati Indah. Namun hanyalah sekilas dan itupun masih samar-samar saya rasakan.

Sepertinya kegusaran hati Indah masih dia tutupi dengan "keceriaan".

Sehingga saya tidak bisa memastikan adanya kegusaran di hati Indah tersebut. Untuk memastikannya barangkali perlu cara tertentu, misalnya bertanya langsung kepada Indah. Namun saat ini saya belum ingin menanyakannya. Biarlah Indah sendiri yang menyampaikan kegusaran hatinya. Karena saya tak ingin mencampuri persoalan Indah yang sangat pribadi.

Saya sangat menghormati dan sangat menghargai hak kebebasan Indah dalam memilih cara yang paling dia sukai. Termasuk cara untuk tidak melibatkan saya dalam memecahkan masalah pribadinya. Saya juga tak ingin memaksakan kehendak saya untuk Indah. Meskipun itu dengan alasan demi kebaikan Indah. Saya tak ingin menyalahgunakan alasan "demi kebaikan Indah" dan mengatasnamakan alasan "demi kebaikan Indah".

"Assalamualaikum, Dik Bambang," ucapan salam dari Ibu Kos yang datang bersama dua ART-nya.

"Wa alaikum salam Ibu," balasan salam dari saya, sekaligus mengakhiri proses perenungan saya.

Seperti yang sudah-sudah, setiap satu bulan sekali Ibu Kos datang untuk mengontrol kondisi rumah kos untuk memastikan apakah masih nyaman, aman, dan sehat bagi para penghuni kos. Jika ada fasilitas yang rusak, beliau dengan cepat memerintahkan ART-nya untuk menindaklanjuti misal dengan cara memperbaiki atau memanggil tukang untuk memberesi. Beliau baik sekali, sangat perhatian kepada seluruh penghuni kos.

Berdasarkan komando beliau, dua ART-nya langsung bergerak bersih-bersih dan merapikan semua hal yang terlihat kurang bersih dan kurang rapi. Ibu Kos juga selalu berkomunikasi dalam WAG (WA Group) yang secara khusus dibuat untuk sarana komunikasi antar seluruh penghuni kos dan Ibu Kos. Semua keluhan, saran dan masukan dari penghuni kos bisa disampaikan melalui WAG tersebut dan semuanya selalu ditanggapi dengan baik.

Beliau sepertinya tidak terlalu berorientasi profit dalam mengelola kos-kosannya. Beliau lebih berorientasi benefit yang lebih menekankan pada aspek-aspek persaudaraan dengan tujuan untuk membantu atau menolong para pekerja perantauan dari kesulitan mendapatkan tempat kos yang layak dan murah.

"Dik Bambang, bagaimana kabarnya Dik Indah?" Pertanyaan yang menandakan bahwa beliau sudah mengenal Indah dengan baik dan juga menandakan bahwa beliau punya kepedulian terhadap Indah. Beliau juga sudah tahu hubungan antara saya dengan Indah. Ketika beliau bertemu Indah maka pasti yang akan ditanyakan adalah tentang bagaimana kabar saya. Demikian juga ketika bertemu saya, pasti beliau akan menanyakan tentang bagaimana kabarnya Indah.

"Alhamdulillah kabarnya Indah baik, Bu"

"Tapi kok tumben Dik Bambang di hari libur ini sendirian saja, tidak jalan-jalan bareng Dik Indah?....Hayo ada masalah apa?" Beliau sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri, sehingga saya menganggap pertanyaan tersebut sebagai wujud dari kebaikan beliau kepada saya dan Indah.

"Tidak ada masalah kok Bu. Hubungan saya dengan Indah alhamdulillah masih baik-baik saja."  Pertanyaan beliau saya jawab sambil saya mencoba ikut membantu atau ngrewangi Ibu Kos bersih-bersih dan merapikan rambatan tanaman yang mengelilingi sisi bagian dalam pagar rumah kos.

"Alhamdulillah kalau begitu."

"Tapi, kalau Ibu ngasih saran...kira-kira berkenan nggak, Dik Bambang?"

"Dengan senang hati Bu....Ibu sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri."

"Saran Ibu segeralah resmikan hubungan Dik Bambang dengan Dik Indah. Kurang apalagi, dari sisi penghasilan juga sudah lebih dari cukup."

"Iya Bu, terima kasih banyak atas sarannya."

Di dalam benak saya sangat setuju sekali dengan saran Ibu Kos tersebut. Dari sudut pandang kesusilaan masyarakat sekitar juga sangat baik, apabila hubungan kebersamaan saya dan Indah ini dalam ikatan tali pernikahan yang sah. Bukan dalam status hubungan pacaran yang bisa menimbulkan fitnah dan dugaan-dugaan negatif  bagi yang melihatnya atau bagi yang menonton kemesraannya.

Saya yakin itu saran yang indah, saran yang baik buat saya dan Indah. Saya juga yakin apabila melaksanakan saran tersebut akan menyelamatkan saya dan Indah dari perbuatan dosa karena saran tersebut sangat selaras dengan tata kesusilaan.

(saran indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Saran Indah. Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline