Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang BERMULA. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

Sekelebat Cerpen: Kebahagiaan Indah

Diperbarui: 24 Februari 2024   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Kebahagiaan Indah

Perjalanan menuju Pekalongan terasa sangat lama. Ada perasaan ingin cepat-cepat sampai tujuan. Semakin perasaan ingin cepat sampai ini menguat semakin terasa lama sampainya. Saya isi relativitas waktu yang terasa lama ini dengan memikirkan Indah. Mempertanyakan kenapa begitu cepatnya Indah untuk memutuskan tak kembali lagi ke Bandung. Kenapa begitu mudahnya Indah melupakan kenangan indah yang belum selesai kami rangkai. Tak biasanya dia berperilaku seperti ini. Biasanya dia sabar menjalani ketidakpastian dari suatu proses atau istilahnya mengalir, bahasa jawanya "mbanyu mili". Rangkaian kenangan yang belum selesai dirangkai ini  memang bergerak perlahan-lahan, seiring dengan bertambahnya keakraban dalam rangkaian perjumpaan demi perjumpaan. Bukankah bisa dibicarakan tentang berbagai usulan, salah satunya misal tentang ujung dari persahabatan ini apakah sudah layak diusulkan untuk sampai ke jenjang pernikahan. Tetapi rupanya Indah lebih memilih caranya sendiri. Cara yang merupakan haknya Indah untuk menggunakan, karena mungkin menurut Indah, saya hanya menganggap Indah sebagai teman biasa. Ya...inilah akibatnya kalau cinta hanya dirasakan saja tanpa diungkapkan melalui sebuah pernyataan cinta. Sehingga antara saya dan Indah tak ada pegangan kalimat cinta dari saya untuk Indah, dan tak ada pegangan kalimat cinta dari Indah untuk saya.

Monolog batin ini segera saya hentikan karena kendaraan umum yang saya tumpangi sudah sampai perempatan Bendan dan saya harus turun berganti kendaraan lain menuju ke selatan yaitu ke arah Desa Pekajangan. Saya harus fokus mencermati jalan agar tidak kebablasan sampai Kedungwuni.

Sampai di depan gapura gang masuk ke perkampungan Indah, kendaraan saya suruh hentikan untuk membaca tulisan yang digantungkan pada janur melengkung yang menghiasi pilar kanan-kiri gang. Tulisannya jelas: Indah dan Toni. Jantung saya berdegub kencang, keraguan saya untuk terus menuju ke rumahnya Indah atau langsung kembali pulang mulai memunculkan langkah maju mundur. Jika langsung pulang, maka sayang sekali sudah jauh-jauh datang tidak menemui Indah. Tapi jika diteruskan ke rumahnya Indah, apakah tidak mengganggu mempelai pengantin berdua dan keluarganya, sebab tak ada undangan yang diberikan ke saya sebagai tamu undangan pernikahan. Akhirnya saya putuskan untuk tetap maju menuju area pernikahan. Dalam arti hanya ingin melihat agak dari kejauhan untuk menyaksikan pengantin duduk berdampingan di depan para tamu undangan. Untuk memastikan kebahagiaan Indah dan untuk mendoakan dengan tulus kebahagiaan Indah dalam menjalani kehidupan bersama suaminya. Biarlah cinta yang belum saling terucapkan di antara saya dan Indah ini diakhiri dengan kebaikan doa.

  

(kebahagiaan indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kebahagiaan Indah. Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline