Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang SEDIKIT BANYAK. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

Sekelebat Cerpen: Mata di Balik Pintu

Diperbarui: 21 Februari 2024   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Mata di Balik Pintu

Mata di balik pintu.

Mata siapakah itu?

Orang itu yakin sekali.

Ajalnya sedang menanti.

Dia yakin karena tugas-tugasnya sudah selesai.

"Mengapa engkau berada di balik pintu. Sudah waktunya kah untuk menjemputku?," dia berbicara kepada mata yang sejak tadi berada di balik pintu.

"Masih adakah kesempatan buatku memanjatkan doa terakhirku ?"

Istri setianya yang duduk di sebelah pembaringannya, terus menangis.

Kerdipan mata di balik pintu itu, cahayanya mengisyaratkan agar orang itu bersiap-siap untuk melepaskan nafasnya yang terakhir.

Dia pejamkan matanya karena ingin mengakui di dalam hati bahwa sakitnya ini adalah akibat kesalahan-kesalahannya sendiri. Dia berharap semoga dengan sakitnya ini dapat terkurangi dosanya.  

Dia lalu menoleh ke istrinya  hendak berpamitan untuk selama-lamanya.

Menoleh sambil menahan tarikan nafas terakhirnya.

Istri setianya yang melihat kejadian itu, makin menangis menjadi-jadi, sambil terbata-bata berkata, "Ijinkanlah aku menemani kepulanganmu ke sana."

Mendengar istrinya menangis dan memohon seperti itu, dengan menggunakan sisa nafasnya yang terakhir, dia berdoa dengan sekhusuk-khusuknya memohon supaya istri tercintanya dapat diajak serta bersamanya menuju ke haribaan Illahi.

(mata di balik pintu, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Mata di Balik Pintu. Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline