Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang BERMULA. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

Sekelebat Cerpen: Bertemu dengan Diri Sendiri (5)

Diperbarui: 16 Desember 2023   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin) 

Sekelebat Cerpen | Bertemu dengan Diri Sendiri (5)

Setelah dirinya bertemu dengan matanya sendiri, Trimo mulai senyum-senyum sendiri.

“ Ono opo Mo kok ngguya-ngguyu dewe,” kenalan Trimo di perjalanan yang ikutan nebeng duduk di samping Trimo bertanya keheranan. Trimo tetap meneruskan senyum-senyumnya.

“ Wah wis edan tenan Trimo iki...hihihi,” sambil tangannya njawil badan Trimo karena pertanyaan pertama tak ditanggapi.

Meskipun dijawil, Trimo tetap tak menanggapi pertanyaan kenapa dirinya tersenyum sendiri. Trimo juga tak marah dikatakan sudah gila, karena Trimo mengerti bahwa itu hanya candaan saja.

Walaupun sudah bersama seharian, Trimo belum tahu nama dari kenalannya ini. Dan anehnya dia sudah tahu nama Trimo padahal Trimo belum pernah memberitahukan namanya. Selama ini Trimo kalau memanggil hanya hei atau mas atau kadang cak, juga kadang pakai nama gaul, bro atau masbro. Tapi kalau dia, kenalannya itu memanggilnya selalu Mo.

Karena tak ditanggapi dan karena tak ingin mengganggu keasikan Trimo tersenyum-senyum sendiri, akhirnya temannya itu pamit pergi. 

Dalam perjalanan panjang Trimo sudah sering bertemu dengan teman-teman seperjalanan. Ada yang hanya berlangsung sehari, dua hari, satu minggu, bahkan ada yang paling lama runtang-runtung bersama selama sebulan, kemudian berpisah sesuai tujuan lelakunya masing-masing. Dan, Trimo tetap biasa saja tak terpengaruh dengan ajakan untuk beralih ke tujuan yang diinginkan teman-temannya itu. Pendirian Trimo kuat tak berubah, yaitu lurus terus ke barat dan dengan kesadaran yang maksimal untuk  membawa serta timur, utara, dan selatannya karena ia yakin bahwa timur, utara, dan selatannya itu secara serentak juga ikut bergeser mengikuti langkahnya ke barat.

Temannya yang pergi tadi ternyata sudah kembali duduk di samping Trimo, sepertinya dia sehabis mandi dan buang air besar di kali seberang belokan jalan sana. Trimo menyimpulkan demikian karena temannya bilang bahwa sudah bersih dan lega.

“ Ono opo Mo kok ngguya-ngguyu dewe,” dia ulangi pertanyaannya tadi.

“ Rahasia,” jawab Trimo sambil bangkit pamit pergi meninggalkan temannya.

“Hati-hati ya Mo.”  Trimo menanggapi dengan mengangguk ditambah lanjutan senyum-senyumnya yang kali ini sengaja diulanginya biar menambah rasa penasaran temannya. Dan ternyata benar tebakannya. Kalimat yang sama langsung diucapkan oleh temannya, “ Wah wis edan tenan Trimo iki...hihihi,” kali ini dia tidak bisa njawil Trimo, karena badan Trimo sudah agak jauh dari tangan temannya.

Di dalam kesendirian perjalanannya, Trimo mulai bisa fokus kembali untuk memikirkan apa gerangan yang akan terjadi setelah bertemu dengan matanya yang sejati. Tebakan Trimo, kalau tidak dipertemukan dengan “telinganya” ya mungkin akan dipertemukan dengan “mulutnya”. Sementara harapannya ia ingin dipertemukan dengan diri sendiri yang utuh dan sejati, bukan secara terpisah-pisah (secara parsial) seperti yang dialaminya ini.

(bertemu dengan diri sendiri (5),  2023)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sederhana untuk menceritakan tentang Bertemu dengan Diri Sendiri (5). Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline