Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)
Sekelebat Cerpen | Pada Awalnya Bejo (15)
Khusnul Khotimah, Istri Bejo berhari-hari ini merasakan keanehan pada suaminya. Kalau dihitung sudah dua bulan lebih suaminya banyak menghabiskan waktunya beribadah di dalam Masjid. Setiap pulang dari Masjid, pertama yang dia tanyakan selalu tentang bagaimana keadaan Nurul Hidayah, anak sulungnya yang kini sudah berkeluarga, dan tinggal bersama suaminya di kota lain. Kapan dia akan kesini, berbahagiakah hidupnya, dan seterusnya, pertanyaan itu-itu selalu yang ditanyakan kepada dirinya.
"Bukankah minggu kemarin dia sudah kesini, Pak, bersama suaminya yang baik dan diajaknya pula anak cucu kita yang lucu manis itu. Bapak lupa ?."
"Tidak, saya tidak lupa. Tapi apakah salah kalau saya selalu mengharapkan agar dia sering kesini atau tinggal menetap meneruskan pekerjaan kita yang akan kita tinggalkan kelak, Bu?."
Khusnul Khotimah mendengarkan suaminya dengan sepenuh hati, tanda sangat menghargai kata-kata suaminya.
"Iya, Pak. Nanti kalau dia kesini bersama suaminya, kita sampaikan harapan kita itu ya pak. Mudah-mudahan suaminya setuju." Bejo merasa lega hatinya mendengarkan kata-kata istrinya.
Khusnul Khotimah tidak mengira bahwa ternyata itu adalah dialog terakhirnya dengan suami tercintanya. Hampir sama seperti almarhum ayahandanya Bejo, Bejo dikabarkan meninggal di Masjid saat menjalankan ritual ibadah di Masjid.
Pada awalnya Bejo, semoga pada akhirnya juga Bejo.
Semoga Bejo diberikan tempat terbaik di Sisi-Nya.
Khusnul Khotimah.
TAMAT
(pada awalnya bejo (15), 2023)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sederhana untuk menceritakan tentang Pada Awalnya Bejo (15). Semoga bermanfaat.