Sekelebat Cerpen | Pada Awalnya Bejo (14)
Di samping kandang kambingnya yang tertata rapi dan bersih, Bejo menghitung kembali usianya yang kini sudah berkepala hampir lima. Istrinya yang setia juga ikut menua bersamanya sebagai bukti nyata kesetiaannya. Dan anak-anaknya mulai tumbuh remaja sebagai saksi hidup atas kesetiaan itu.
Dia dan istrinya sangat bersyukur sekali karena sudah dikaruniai anak-anak yang semuanya berbakti dan santun.
Semua adik-adik Bejo juga sudah berkeluarga dan masing-masing sudah memiliki anak yang juga berbakti dan santun.
Rasa syukur Bejo makin bertambah-tambah ketika dia dan adik-adiknya sama-sama sepakat perihal harta warisan peninggalan orangtuanya. Sepakat untuk menghibahkan separuhnya bagi pendidikan kaum dhuafa dengan pendidikan yang basis utamanya adalah budi pekerti luhur. Seluruh hibah tadi diatasnamakan atau lebih tepatnya diniatkan dalam hati sebagai amal jariyah milik mendiang orangtuanya.
Mereka berlima juga sepakat bahwa harta warisan itu tidak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam arti tidak dijual untuk memenuhi barang-barang kebutuhan konsumsi, tapi diikhtiarkan agar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarganya dan lingkungannnya. Sebagian hasil keuntungannya juga diperuntukkan sebagai sedekah amal jariyah bagi orangtua tercintanya. Karena dengan cara demikian mereka yakin tidak putus pengabdiannya bagi orangtuanya yang sudah tiada itu, tentu disamping doa-doa yang selalu mereka panjatkan untuk orangtuanya. Di antara helaan nafasnya, Bejo berdoa semoga kesepakatan yang mulia ini dapat terlaksana dan dapat diikuti oleh anak-anak keturunannya kelak.
(pada awalnya bejo (14), 2023)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sederhana untuk menceritakan tentang Pada Awalnya Bejo (14). Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H