Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)
Fibonacci Puisi: Menaruh Pusaka di Hidung
menaruh pusaka kita di hidung dengan pusaka yang wujudnya berupa tenggang rasa kita
contohnya saat bertamu dengan orang yang tinggalnya di tempat kumuh janganlah menutup hidung
karena kan menyakiti perasaannya mereka yang serba berkekurangan ekonominya
tetapi saat pandemi menutupi hidung kita karena menjaga kesehatan bersama
(menaruh pusaka di hidung, 2022)
Puisi kedelapan dari duabelas rincian puisi tentang Menaruh Pusaka, khususnya tentang Menaruh Pusaka di Hidung. Semoga bermanfaat.
Catatan: Bait pertama sampai dengan bait terakhir (bait keempat), semuanya terdiri dari empat baris. Setiap barisnya tersusun dari jumlah suku kata (jumlah ketukan) yang mengikuti deret bilangan fibonacci: 3, 5, 8, 13.