Fibonacci Puisi: Menaruh Pusaka di Hidung
menaruh
pusaka kita
di hidung dengan pusaka
yang wujudnya berupa tenggang rasa kita
contohnya
saat bertamu
dengan orang yang tinggalnya
di tempat kumuh janganlah menutup hidung
karena
kan menyakiti
perasaannya mereka
yang serba berkekurangan ekonominya
tetapi
saat pandemi
menutupi hidung kita
karena menjaga kesehatan bersama
(menaruh pusaka di hidung, 2022)
Puisi kedelapan dari duabelas rincian puisi tentang Menaruh Pusaka, khususnya tentang Menaruh Pusaka di Hidung. Semoga bermanfaat.
Catatan:
Bait pertama sampai dengan bait terakhir (bait keempat), semuanya terdiri dari empat baris.
Setiap barisnya tersusun dari jumlah suku kata (jumlah ketukan) yang mengikuti deret bilangan fibonacci: 3, 5, 8, 13.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H