Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Fibonacci Puisi: Menurun Turun Temurun

Diperbarui: 3 Juli 2022   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Fibonacci Puisi: Menurun Turun Temurun

menurun
turun temurun
demikian seterusnya
sejarah telah mencatat banyak buktinya

kitapun
bisa menyusun
sejarah dari prilaku
perbuatan yang tlah kita lakukan itu

samakah
antar kedua
sejarah di luar diri
dan sejarah prilaku perbuatan diri

pabila
ada yang beda
lebih baik yang manakah
antar keduanya dari sisi dampaknya

(menurun turun temurun, 2022)

Puisi keempat dari delapan hasil rincian puisi tentang naik turun, khususnya tentang menurun turun temurun. Semoga bermanfaat.

Catatan:

Puisi yang terdiri dari empat bait ini
menggunakan deret fibonacci sebagai berikut:

Bait pertama, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.

Bait kedua, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.

Bait ketiga, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.

Bait keempat, tersusun dari empat baris dengan
jumlah suku kata (jumlah ketukan) untuk
setiap barisnya mengikuti
deret fibonacci:
3, 5, 8, 13.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline