Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Fibonacci Puisi: Delapan Matahari Menerangi

Diperbarui: 4 Desember 2021   05:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Fibonacci Puisi: Delapan Matahari Menerangi

matahari yang telah menerangi ini
tak serupa matahari
yang menyinari
ke bumi

tetapi
yang menerangi
jagad alit diri ini
yang terang dan panasnya menyengat di hati

jumlahnya meliputi delapan arah mata angin
arah dari rasa ingin
pemicu ingin
di batin

delapan
matahari yang
menerangi ini akan
bergantung pada cara kita menyikapi

(delapan matahari menerangi, 2021)

Puisi "Delapan Matahari Menerangi", berisi pesan pengingat bahwa di semua penjuru sumber terang juga ada sumber panas. Sebagai satu contoh, dibalik cinta yang menyenangkan, bisa juga ada nafsu yang dapat menyengsarakan.

Deret fibonacci yang digunakan dalam puisi ini:
Bait pertama, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait kedua, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 3, 5, 8, 13.
Bait ketiga, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait keempat, empat baris dengan jumlah suku kata (jumlah ketukan) sesuai deret fibonacci: 3, 5, 8, 13.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline