Monolog 22: Siapakah Dirimu
Anakku, Filasafia Marsya Ma'rifat, setelah engkau mengetahui beberapa hal tentang isi wasiat-wasiat ayahmu terdahulu, kini saatnya engkau harus mengenali siapakah dirimu. Dirimu yang sebenarnya, bukan dirimu yang palsu. Perlu engkau ketahui, wahai anakku, bahwa di dalam realitas dirimu kelak engkau akan mendapati kepalsuan dirimu. Suatu ketika engkau akan kaget terhadap hal ini, saat engkau membutuhkan untuk mencari identitasmu. Yaitu ketika engkau mencari identitas dirimu pada orang lain, kepada yang engkau puja, kepada orang-orang lain.
Sesungguhnya, di dalam dirimu itu, anakku, terdapat ruang pertamuan. Suatu ruang tempat bertemunya anasir-anasir rasa. Di situ, engkau semestinya sebagai majikan rumahnya, yang harus mengetahui tentang siapakah sebenarnya tamu-tamu-mu itu.
Anasir-anasir rasa yang aku umpamakan sebagai tamu itu, datangnya silih berganti, bahkan datang ketika engkau sedang bermimpi. Pada saat engkau tidak bisa mengenali
dirimu, engkau akan merasakan sekonyong-konyong tamumu itu adalah dirimu. Ada saat-saat engkau harus secara teratur untuk mengusir anasir-anasir rasa itu melalui sebuah meditasi merengkuh kesunyian. Karena melalui media meditasi itulah, sebagai pengembara muda engkau akan diperkenalkan dengan dirimu sendiri. Engkau akan mengetahui bahwa engkau adalah majikan rumah atas dirimu sendiri. Engkau akan mengetahui bahwa kini engkau sebagai pengendali tamu-tamu-mu ataukah justru kebalikannya, yaitu engkau terlena sedang dikendalikan oleh tamu-tamumu itu. Lantas siapakah sebenarnya tamumu itu ? Yakni, diantaranya adalah: sifat iri, dengki, sombong, pamrih, marah, susah, senang, ngungun, gumun, lan getun.
Lalu, apakah ciri-ciri tamumu itu, anakku ?
Anakku, Fia, engkau harus mengenali tamumu, sebelum engkau sendiri hendak mengenali dirimu sendiri. Tamumu memiliki ciri-ciri seperti garis, dan gelombang. Mereka tidak tetap, kadang-kadang lenyap, kadang-kadang muncul, kadang pula datang bertubi-tubi menghampirimu. Mereka bukan sejatining roso, bukan roso jati. Sedangkan roso jati-mu itulah dirimu, yang merupakan suatu titik, atau inti dari dirimu, yang bersifat tetap tidak berubah-ubah, dan selalu ada abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H