Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang PENJARA. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

Monolog 7: Benci dan Cinta

Diperbarui: 1 Juni 2021   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

Monolog 7: Benci dan Cinta

Anakku, seandainya engkau pernah merasa membenci, tentu engkau pernah pula merasa mencintai.
Dan jika engkau pernah merasa mencintai, tentunya, engkau pernah pula merasa membenci. Mengapa engkau tiada bisa membenci tanpa mencintai, dan mengapa engkau tiada bisa pula mencintai tanpa membenci ?

Renungkanlah itu, anakku. Dari mana sumber benci, dan dari mana sumber cinta. Niscaya sumber semua itu berasal dari dirimu sendiri, yakni dari kesadaranmu, anakku. Kenapa engkau membenci, dan kenapa pula engkau mencintai ? Niscaya itu semua, karena engkau tidak rela menyerahkan kesadaranmu. Tepatnya, karena engkau belum menyerahkan dirimu, alias engkau masih merasa memiliki dirimu. Untuk kepentingan siapa engkau membenci, untuk kepentingan siapa engkau mencintai, kalau bukan untuk kepentingan kesadaranmu, atau untuk kepentingan realitas dirimu sendiri, anakku.

Fia, anakku, jika engkau pernah membenci ayahmu, atau membenci ibumu, ketahuilah, bahwa ayahmu ada dalam dirimu, juga ibumu ada dalam dirimu. Demikian pula jika engkau mencintai ayahmu, atau mencintai ibumu.

Ingatlah anakku, benci dan cinta itu, hakekatnya semu belaka, hakekatnya adalah maya.
Kalau memang engkau tidak bisa menghindarinya, berserahlah kepada Tuhanmu. Kembalilah kepada perjumpaanmu, kepada kesunyianmu. Karena hakekat benci dan cinta itu tidak ada, yang ada adalah realitas kesadaran mayamu, yang memunculkan gelombang cinta, dan gelombang benci. Apakah engkau ingin larut di dalamnya ? Terserah engkau, anakku. Kalau engkau larut, maka duka gembira, sedih dan senang, akan selalu menghadangmu, anakku.

Filasafia Marsya Ma’rifat, anakku, kelak didiklah anak-anakmu bukan dalam spektrum benci dan cinta, tapi didiklah anak-anakmu dalam spektrum hakekat keberadaan benci dan cinta itu sendiri. Untuk itu yang utama dan yang pertama adalah, ajarilah, anak-anakmu tentang hakekat persaudaraan dan kesetaraan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline