(kenapa kau turut saja)
alam berulanghari tanpa duplikasi
nampak sama tapi bedanya
sungguh jauh sekali
usia merontok gigi
menonjok tepi
panggung reot bumi
gantian lahirkan mati
di tempat paling sunyi
tersembunyi
keluar masuk hati
keluarnya renta nyali
nelangsa sekali
dimana pintu masuknya
dimana pintu keluarnya
duh, kaujebak aku
kedalam pendapa
empat warna rupa
seribu kurang satu jendela
kemana arah membukanya
kenapa kutakbisa
tuk nemukanmu
kulewati ritual kunyahan sebelas bijih kopi
disembur kedalam lima jemari bunga kenanga
yang hijau segar menguning ini
akankah monolog rinduku
dapat larut bersahut ikut
kemana saja langkah mu nuju
ke kayu palang pembuka pintu itu
susuhnya swara dialog lawang aksaramu
disitukah tuanmu tulis resah kita
kenapa kau turut saja
seruan tuanmu menyudahi kita
sungguh tega tuanmu pisahkan kita
padahal ku tak henti menyebut
tak harap tuanmu yang menyahut
tapi cukup lambaian kenanganmu
yang kuharapkan menyambut
bukan tuanmu yang menyahut
biarlah tuanmu beringsut susut
menjauh ku tak takut
yang ku takutkan itu
bila indah senyummu
tak kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H