Lihat ke Halaman Asli

Bambang Syairudin

(Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

Yobenwaeno

Diperbarui: 25 April 2021   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi merupakan dokumen karya pribadi (Karya Bambang Syairudin)

(yobenwaeno)


yobenwaeno, tercatat di pintu pintu air ambrol itu
gelontorkan  pucatnya deritaku masuk ke lain pintu
menjebol pantulan muka dinding  duka bendungan
rautan wajahmu  berpendar mengambangkan awan
tengadah  memeluk  kerambah  yang penuh sampah

 
tlah kusetorkan laporan  gempita rubuhnya rinduku
tapi engkau tetap bilang  yobenwaeno taruh disono
wajahmu sembunyi dilaci meja tak nongol nongol
tapi tanganmu terus mengontrol jam jam kantor
dan menjilid  tumpukan buku buku  kumal sore

di antrean panjang  sandaran kursi rotan tunggumu  
berjajar  gemetar  kugetarkan cemburu nelongsoku

di sepanjang garis garis kuning tepi bendunganmu
terlihat engkau ngeloyor ke tengah ria berselancar
dan sekali lagi engkau bilang, yobenwaeno

aku tak tahu apa maksudmu menyuruhku
pergi ke tepi bendungan dekat kantormu
padahal di situ tak lagi ada air cintamu
karena sudah  terlalu lama
dikeringi oleh terik matamu
diguyur oleh waktu lemburmu
larut dalam kantuk  kicau pagi
hari hari tak bermatahari

yobenwaeno
sangat sembrono engkau nyio nyio
sukmajalmaku lontang lantung ngoyoworo
karena tegamu tak segera engkau sudahi sia kanku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline