Kita telah melupakan rindu di hari Sabtu. Masing-masing mendekap erat kekecewaan yang belum berlalu. Hubungan pun berantakan. Berkeping-keping menjauh dari keutuhan. Bunga yang terlepas dari tangkainya seolah masih memesona. Tapi sebentar lagi pasti layu memeluk tanah.
Dulu ku ingin menjadi lebah. Tak lelah terbang penuh gairah. Bebas mengamati serbuk bunga. Sayang, untuk nencecap madu saat itu juga . Lebih tertarik menunggu bakal buah. Proses regenerasi dimulai sudah.
Kadang membayangkan, bahwa hubungan serasi itu seperti bibir dan gigi. Saat merekah, gigi terlihat bak biji mentimun yang berbaris rapi. Bibir pun sangat nenikmati keindahan ini.
Saat ku terdiam, keindahan itu malah menjauh. Lalu disamarkan oleh perasaan benci yang makin menerkam. Apa gerangan salahku, hingga kau menjadi hegitu ? Terus terang ketidaktahuan ini membelenggu akal sehat. Bertingkah serba salah, menciptakan sekat-sekat.
Cinta itu terbuat dari khayal dunia. Mata hati diharapkan sabar agar menenangkan rasa. Tapi ternyata cinta yang dilindungi sangkar emas, tidak selalu disambut dengan suka cita. Sesuatu yang berlebihan justru akan merenggangkan hubungan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H