BIbir tersungging, indah senyuman paling, itu kuingin. Saat angin tertangkap, hanya sekejap, silir semilir. Menuju akhir, itulah indah hilir, senyum berakhir..
Tatapan itu, tajam iris nyaliku, selimut kabut. Sekujur jiwa, memar menghilang nalar, jiwa pun gegar. Turuti emosimu, firasat buruk, jatuh terpuruk.
Berpura-pura, bukan sifat ksatria, patut dicela. Itu ternyata,,kita tak paham cinta, khayal belaka.
Urusan citra diri, sangatlah penting, terkadang genting. Kadang mendesak, terbang menghilang kering, semua genting. Tinggikan citra, namun hampa belaka, tiada guna. "Ajining dhiri, amung ana ing lathi, seneng ngapusi". Suka berbohong, hampir tidak tertolong, tetapi sombong.
Ada di tengah, ternyata amat susah, memihak sudah. "Medios esse non licet", mesti memihak, walau salah. Dikira berkah, tapi ternyata salah, makin bertingkah.
Bibir tersungging, tulus jadi terasing, berpusing-pusing. Menjadi penting, damba setiap insan, tidak berpaling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H