Pohon rindang maupun perdu mampu menguasai diri. Rebah atau rubuh adalah makanan sehari-hari. Dari tanah kembali ke tanah. Semua tak bisa disanggah.
Kebenaran yang terlihat lemah, dilalui dengan gagah. Ada kekuatan untuk bertindak. Seandainya tak ada sifat tamak, mungkin kehidupan tak makin rusak.
Aturan itu meneguhkan. Tapi ada juga yang tidak menginginkannya. Saluran air di atap dilubangi. Tadinya kecil, lama-lama rumah seisinya tenggelam.
Hidup yang kehilangan aturan bisa juga jadi begitu. Semakin banyak aturan, tersedia banyak pilihan untuk melanggarnya. Indah di mata, buram di kenyataan. Rambu dipasang justru untuk merangsang kecurangan. Tiada tabu, karena tahu.
Enerji baik dan jelek saling bertabrakan. Yang dilestarikan justru kiat main belakang.
Daun-daun ditinggalkan musim. Mereka tergeletak mengering. Ringan, tiada bobot lagi. . Melayang ketika kembali ke haribaan.
Inikah takdir ? "Golek kepenak, nanging malah ora kepenak".Kenikmatan itu berwarna biru. Ujung awal dengan ujung akkir sering tidak ketemu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H