Nyiur kelapa, daun berayun-ayun, sering tertegun. Kenapa ombak, mengoyak air riak, tiada tenang. Punggung tubuhnya, menghitam kopi matang, gigih menantang. Terus menatap, kilau langit biru, sambil berharap.
Suatu saat, kedamaian datang, asal dijelang. Menatap santun, tanpa bergarang-garang, enggan menyerang.
Burung yang terbang, ternyata bukan podang, hinggap sebentar. Berwajah riang, ramah saat menyapa, menembus awan. Punggungnya hitam, bulu perutnya putih, terkesan tenang.
Ingin berdendang, haiku burung terbang, melayang-layang. Bertemu capung, dan juga kupu-kupu, lama tak jumpa. Mereka hilang, memburu rumah baru, hidupnya tenang.
Ditinggalkannya, pohon sedang meranggas, bertambah panas. Di alam sepi, tapi tak kesepian, cerah di hati.
Haiku ini, temani burung terbang, saat menghilang. Pandang optimis, pasti suatu saat, akan ketemu. Alam yang ramah, dan bertaburan hikmah, kaya khasanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H