Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Bayang-bayang Dedaunan

Diperbarui: 22 September 2022   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bali" karya Ferdinando Scianna 1989  - Bersumber dari twitter Abluce

Belajar itu seperti mengikuti liuk dedaunan. Selain indah dipandang, punya nilai kebermanfaatan. Bisa dikaitkan dengan proses pembelajaran.

Misalnya tentang menu makanan. Jenis yang dibungkus dengan dedaunan, sungguh banyak nian. 

Tak cukup hanya menghafalkan bumbu. Jika ingin mendalami, disempatkan untuk melihat. Siapa tahu menjadi ingat. Bisa juga mulai mempraktikkannya. Siapa tahu bersemi benih paham dan suka. Saat hasrat mulai memanas, tempalah besi yang tadinya dingin. Kita bisa berkreasi mau dijadikan apa.

Cara belajar orang dewasa memang berbeda. Paradigmanya berubah dari sekedar memiliki pengetahuan, bergeser ingin menjadi sesuatu. Misalnya menjadi insan kamil yang mampu meninggalkan jejak yang bijak.

Dunia ini bukanlah kumpulan jalan lempang. Maunya menyeberang dengan satu lompatan. Tak lelah mengejar bintang. Sambil mengharap keberuntungan.

Itulah manusia. "Wenang mbudidaya, amrih sembada." Tetapi masih sulit mengenali diri sendiri. "Nosce te ipsum".

Pengetahuan itu cenderung ke luar, tinimbang ke dalam. Maunya mengatur orang lain, tapi lupa menghayati keberadaan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline