Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Bunga Segerombol

Diperbarui: 15 September 2022   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Besubroto

Bagi para penata taman, menggerombolkan jenis bunga yang mirip, itu biasa saja. Berdasar warna atau ketinggian, lalu diusahakan  agar tidak saling menutupi. Kombinasi warna dibuat sedemikian rupa, agar tidak ada yang merasa jadi penguasa.

Tetapi itu tidak baku. Begitu dipraktikkan untuk hal-hal di luar pertamanan, bisa jadi mengundang kepekaan. 

Dulu, istilah gerakan sangatlah sensitif. Demikian pula gerombolan. Ada saja yang merasa digiring ke arah pengertian geng atau komplotan.

Khasanah tetumbuhan, memaknai segerombol itu "sedhompol". Bisa juga setandan. Atau sekerumun. 

Perbedaan istilah itu kalau di pasar untuk menentukan perbedaan harga. Pisang sesisir dengan setandan harganya tak sama. 

Tapi emosi tak bisa begitu.  Kadar nafsu dan kemarahan malah jadi penentu. Jika konsentrasinya ke tersinggungan, bisa jadi malah mengunggulkan gertak. Sulit untuk kembali ke akal. Titik awal pola pikir pun menjadi samar.

Kalau sudah begini,  tak kuasa lagi untuk meluruskan kehendak. Yang terjadi malah gertak menggertak.

Bunga segerombol pun kaget terhenyak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline