Kelamnya malam, aku pun merenungi, dekat jendela. Di cakrawala, ada keabadian, yang nyaris hilang. Siapa Dia, gerakkan bintang-bintang, slalu menyala.
Siapa saya ?, Who Am I pun bertanya, hingga nendatang. Diri pribadi, ada untuk dikenang, yang mengabadi. Khasanah itu, sangatlah diperlukan, setiap insan.
Jiwa yang hina, buta gelapkan jiwa, cahya tiada. Dan terbelenggu, hanyut bersama pasir, hidup pun getir.
Selinap duka, di balik semak-semak, ingin menguak. Rahasia terpendam, galian dalam, menjauh dendam. Air mata menggenang, luka tersayat, duh perih amat.
Di kota tua, cinta subur bersemi, lintasi kini. Setiap saat, ingin kenang mendekat, hati terikat. Seperti bunga, setia di rantingnya, hingga menua.
Berdua saja, nikmati suasana, berlumur cinta. Kenang tak kabur, hening alam berdenting, tak pernah asing. Di kota tua, Jogjakarta namanya, terkenang lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H