Dalam bayangan hitam, teringat masa kelam. Tak menyangka, kita berdua menjadi asing. Seperti tak pernah mengenal sama sekali sebelumnya.
Kita tahu, tapi mampu berpura-pura tidak tahu. Kita paham, tapi sebenarnya gagal paham.
Setelah peristiwa itu, aku masih menyebut lirih namamu. Tapi tetap saja terasa perih merintih tertatih-tatih.
Dalam doa, ada harap untuk bersua. Aku ingin klarifikasi, tentang penyebab salah sangka.
Sejatinya ada yang belum tuntas. Itu bukanlah misteri yang harus ditutupi. Maunya menunggu waktu yang tepat, tetapi aku malah terdepak retak.
Andai suatu saat berjumpa, aku akan bercerita tanpa malu. Di masa silamku memang ada sisi hitam. Tetapi itu bukan mauku.
Kita lahir membawa batas. Tidak semua sempurna dan tuntas. Sejatinya, aku sangat lelah, kala bersandiwara semata. Pura-puraku, hanyalah trik untuk menyembuhkan luka.
Seharusnya, jatuh cinta itu senantiasa membahagiakan. Tidak seperti saat ini. Saling melukai, berebut kebenaran diri sendiri. Hakikatnya tabu, kalau hanya bertengkar tentang masa silam lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H