Kala gunung berapi membara, pasti didahului dengan tanda-tanda. Marabahaya itu tidak datang tiba-tiba. Isyarat dapat dibaca secara cermat. Namun tak banyak yang sempat.
Biasanya ada tanda " ontran-ontran". Gelembung isyarat membubung samar, ringan menembus awan. Tanda kebakaran pun mulai terendus, bagi pengamat yang peka rasa.
Kala gunung mulai membara penghuninya mestinya bertambah waspada. Jika mencari selamat, tiada kata yang terlambat. Sering hilang terlumat bermandikan hujan lebat emosi yang terkesan nikmat.
Jika gunung emosi meletup-letup, itu tanda darurat hidup. Biasanya bermandikan gelap, letih, serta lelah. Muncullah kosa kata siksa, saat masih hidup hingga tiada.
Membasuh suratan nasib, mesti mampu sedikit mengungkap tanda rahasia. Akan bertunas bibit kecintaan, yang mampu mewaspadai hasrat buta.
Asa itu bisa saja berdaya guna. Saat sedang dingin, atau membara. Tak seperti gunungan wayang, yang lebih bermakna sebagai lambang saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H