Entah kenapa, setiap berlebaran selalu kangen berziarah. Mungkinkah ini bagian dari "who am I", yang sudah menjadi khasanah diri pribadi ?
Walau leluhur sudah meninggal lebih dari tiga tahun lalu, ternyata kenangan masih siap dipanggil kembali.
Ziarah itu memantapkan tekad untuk menyongsong era "siapa saya untuk dikenang". Mumpung masih mampu mendengarkan, mulai terdengar kesan, apakah kita tergolong orang baik atau orang jahat. Jika orang baik, maka kebermanfaatannya masih mungkin mengabadi.
Kesan baik itu aroma wangi. Ia bisa dikenali dari generasi ke generasi.
Perjalanan jauh telah ditempuh. Saat berdoa duduk bersimpuh, hati terasa semakin teduh. Itu senjata paling ampuh, menghadapi sisa hidup yang masih riuh.
Ziarah, merintis jalan menuju rumah keabadian. Itu jauh dari sekedar kesan reunian.
Di dunia kita masih bisa berkumpul. Dalam keterikatan emosi yang kental. Di sana nanti telah ditunggu keluarga dan sahabat dekat, bersama meniti jalan lurus dengan selamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H