Setiap hari, kukayuh sepedaku, tiada henti. Berkilometer, menanjak dan menurun, seterjal murung. Tantang mentari, kulit menghitam matang,berotot kaki. Belum berhenti, tidak tahulah nanti, masih ambisi.
Suntuk pun pergi, tinggal di rumah saja, bosan sekali. Mencari teman, nggowes pun asyik nian, tiada bosan.
Saat di jalan, hati bersenang-senang, lupa segala. Hanyalah riang, terus bersenang-senang, bukan kepalang.
Kecemasanlah, dulu sangat mengganggu, memicu lelah. Bermasa lalu, mestinya tidak sendu, berdampak perlu.
Berburu rasa, riuh riangnya hati, mengisi hari. Tiada henti, semangat tuk mencari, penyakit hati. Diam di rumah, malah tambah gelisah, terbaik pergi.
Nggowes sendiri, tidak jadi halangan, malah menantang. Tenang yang teduh, jika slalu dikejar, semakin jauh.
Kejar misteri, sekeping kehidupan, dikejar lari. Damai itu, enggan untuk menjauh, di dalam hati.
Pabila nanti, telah jenuh mengayuh, pasti berhenti. Harapan nyata, jika merasa senang, tekuni saja. Memutar siklus hidup, sangatlah perlu, kapan pun itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI