Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Berada di Ketinggian Iri Hati

Diperbarui: 26 Maret 2022   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo karya Fernando Taborda tahun 1954 - Berdasar twitter Lisandru

Jembatan terkesan makin meninggi. Ia menyimpan sesuatu di antara kemarin dan esok. Hari ini, dari ketinggian, ia melihat ke bawah. Lalu terbayang kisah lalu yang telanjur memanjang.

Kubiarkan saja. Apa hendak di kata. Bayangan itu pastilah tidak bernyawa. Tapi jika mau melukis mata, silakan saja. Atau diberi bayang pelukan tangan, siapa yang larang.

Jembatan itu bergerak meninggi. Ia cermat mengamati apa gerangan yang terjadi. 

Semakin berada di ketinggian, iri hati pun menjulang. Seakan sedang di daerah buta, lalu menerka seenaknya saja. 

"Caeca invidia, iri iku wuta". Iri hati itu buta. Lalu merasa jadi angin. Meniupkannya dari ketinggian jembatan, dengan target memporakporandakan objek yang diirikan. 

Iri berpanas hati, seperti peternakan dengki. Mengembangkan rasa cemburu yang tidak perlu, memperlakukan orang lain sebagai musuh "satru".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline