Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Memasyarakatkan Badut

Diperbarui: 21 Desember 2021   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Clown" 1972  - Wayne Thiebaud

Di perempatan jalan, lampu setopan, berjoged riang. Dangdut musiknya, dan bergoyang pinggulnya, ikut irama.

Badut sedang beraksi, percaya diri, sedari pagi. Jika diberi, gestur tubuhnya senang, membungkuk badan. Badut profesi, seperti dapat gaji, setiap hari.

Tak perlu orasi, wajah sembunyi, penuh misteri. Tak jelas jati diri, tidak peduli, diamnya nyaman.

Berbeda politisi, ia harus orasi, berapi-api. Soal biasa, dibikin genting, viral itu yang penting.

Politikus menghibur, kata menghambur, kadang berdebur. Sering menari, sambil mencaci maki, beroposisi. Bertebal muka, yang penting berbicara, tak ada data.

Riuh rendah membuncah, mencari panggung, benci berdegup.

Nyaman menjadi badut, menari-nari, sesuka hati. Siapa tahu, masih ada simpati, terpilih lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline