Di pinggir jalan, tumbuhnya meliar. Saat pagi, berseri menatap matahari. Mekar sebentar. Tak lama lalu layu. Di senja, ia sudah menyentuh tanah terkapar.
Bunga itu tak tenar. Karena tidak berharga, ia tak punya nama. Tak punya status. Jika ada yang lewat, dikagumi pun tidak. Nilainya sama dengan semak belukar.
Bunga dan manusia saling berebut aroma. Masing-masing menuju posisi bergengsi. Harga diri, tak mungkin ditawar-tawar lagi.
Kasta ada di mana-mana. Seperti tanaman dan bunga. Jika ikut si kaya, citranya mekar berlipat-lipat. Jika menjelata, sama sekali tidak berharga sangat.
Aku menemukan bunga di tepi jalan. Biarkan kutanam dan kusayang. Di dalam kesederhanaannya ada aura berkilauan. Bunganya tak bergincu berlebihan.
Di alam liar itulah, sejatinya kehidupan. Tak suka dimanja berlebihan. Biarlah, mereka tak tenar. Tapi masih bersemangat menghias alam ini tanpa rasa gengsi-gengsian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H