Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Selamat Hari Ayah, Ayahku

Diperbarui: 12 November 2021   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Morten lasskogen - brindille

Pas Hari Ayah sedunia, kesan tentang ayah teringat lagi. Ayah ikhlas sekali membungkuk membantu keterbatasan anak-anaknya, hingga kesan gagahnya tak hilang-hilang hingga sekarang.

Ketika menghadap Illahi, ayah masih muda sekali. Usianya 40 tahunan. Dikenang sebagai guru yang disegani.

Ayah paham praktik mendidik. Memberi kasih sayang tak berlebih-lebihan. Sorot matanya tajam. Hanya dengan mengedipkan mata pun, kita tahu apa yang ayah mau.

Ayah zaman now mungkin lebih paham tentang dinamika psikologik. Tapi dalam penerapannya, malah lebih banyak menekan. Kwantitas anak yang mengalami kelelahan emosional pun meningkat tajam.

Ayah dan ibu sehidup semati. Tidak lama jaraknya, ibu menyusul ayah. Predikat yatim piatu lama tersandang.

Sebagai anak kedua, nyaris tidak pernah dibelikan barang baru. Itu jatah kakak tertua. Ayah mengatakan, bukanlah faktor kesengajaan. Maklum gaji guru hanya cukup untuk hidup sederhana.

Anak-anak jadi maklum.  Kakak selalu dibelikan pakaian baru. Lalu merawat dengan baik, agar adiknya nanti tidak mendapatkan gombalnya. Konsep kepantasan itulah yang dikenalkan oleh ayah.

Saat berkarir, konsep fit and proper juga penting. Menilai diri sendiri, apakah jabatan kini dan nanti itu pas, atau kekecilan, atau terlalu longgar.

Jika kompetensi telah memadai, berarti baju pas di badan. Tidak enak rasanya punya tanggung jawab yang terlalu sempit, atau terlalu longgar.

"Ayah"  - dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline