Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Keju Pasti Berbau

Diperbarui: 15 Oktober 2021   03:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fabel itu mengasyikkan. Kancil Nyolong Timun, Hikayat Kalilah dan Dinmah, Makrifat Burung Sorga, dan Who Moved my Cheese.

Binatang adalah tokoh pelaku. Seakan mampu berpikir, berbicara, dan berbuat seperti manusia. Bahkan berwatak dan berakal budi pula.

Spencer Johnson MD, menceritakan kehidupan masyarakat tikus dalam menghadapi perubahan tatanan kehidupan.

Para tikus suka atau tidak suka harus berbenah dan berubah.

Tikus pengendus, terbiasa bereaksi cepat. Keju akan semakin langka. Kalau suatu saat musnah, musibah itu diubahnya sebagai bibit berkah. Ini momentum, untuk menyesuaikan diri dengan segera.

Tikus pelacak, sangat piawai membuat rancangan tindak lanjut. Plan, do, check, dan action. Bobot perencanaan lebih matang.  Namun selalu terlambat untuk urusan do, check, dan action. Mereka memang perancang.

Tikus pengkuh, ada pula di antara mereka. Mereka tidak percaya musibah. Di benaknya hanya ada berkah. Jika keju dinyatakan akan habis, itu isapan jempol belaka. Krisis hanya buatan atau rekayasa.

Tikus pencari aman, pasif sekali. Ia menunggu peluang untuk kepentingan pribadi. Cuek tak peduli.

Keju yang biasa mereka cari terletak nun jauh di sana. Lorongnya berkelok-kelok, namun aroma bau keju masih bisa jadi petunjuk lokasinya.

Namun demikian bau keju sudah tidak sekuat dulu lagi.

Reaksi terhadap prediksi kelangkaan keju berbeda-beda. Bagi kelompok tikus yang optimistis akan terus mengendus dan melacak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline