Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Menghilirkan Cinta yang Mengalir

Diperbarui: 28 Agustus 2021   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Mencintai dalam durasi waktu lama adalah tantangan sulit. Setiap membuka pintu untuknya, selalu ada suara derit, lalu menutup lagi. Benarkah cinta yang terlalu menggebu-gebu itu malah akan menghilangkan inti rasa yang lebih bermutu ?

Sifat manusia sebenarnya berpegang pada prinsip hakiki. Siapa pun ia, berpeluang untuk meneguk nikmat cinta sejati.

Faedah dan hikmah selalu berjalan beriringan. Bertafakur meraih jenjang luhur. Mudah mewujudkan petunjuk bijak. Hidup dipenuhi rasa berpunya yang selalu mengada.

Keinginan berkecukupan itu tak ada habis-habisnya. Selalu berkontribusi dalam mengatasi mutu hubungan yang kadang-kadang getas.

Air kehidupan yang jernih cemerlang, melintasi jalan panjang. Bersumber dari hulu yang ikhlas. 

Bersama hangat mentari, ia bergegas menempuh perjalanan jauh ke laut bebas. Kehendaknya adil tak pilih kasih. Setia memenuhi kebutuhan yang bukan hanya sesaat namun tidak membekas.

Menghilirkan cinta yang mengalir, mesti paham terhadap kadar kemurnian hulunya. Air yang keruh biasanya mudah tergiur pada gegap gemerlap riuh. Jangan sampai perjalanan kita melenceng ke sana.

Sepercik bunga api mampu menjadi penyebab malapetaka cinta. Peringatan dini ini lebih baik diperhatikan, tinimbang rasa penyesalan yang berkepanjangan.

Nafas, harta, nyawa, dan cinta adalah milikNya. Kemelekatan terhadap nafsu yang terlalu, justru akan meninggalkan titik noda.

Mari kita berjalan seiring, sambil menikmati rasa sederhana. Dalam perjalanan ke hilir yang panjang, namun penuh dengan kesukacitaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline