Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Memburu Gengsi Tiada Henti

Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apakah gengsi iru memang pakaian sehari-hari yang sering berubah-ubah penyebutannya ? Di gelaran kehidupan nyata, berbagai istilah digunakannya. Harga diri, martabat, pamor, dan atau status sosial.

Untuk urusan yang satu ini, proses pencariannya akan berlangsung hingga ke titik paling akhir.

Bisa dimaklumi, jika mengingat bahwa sifat persona itu sama dengan tiada henti berkeinginan untuk menjadi diri sendiri. Tetapi dalam kenyataannya, benih-benih itu tidak mampu tumbuh sebagaimana yang diangankan.

Sebenarnya setiap individu pasti  membawa atributnya masing-masing.

Si Fulan, misalnya. Sewaktu kanak-kanak hingga menua, selalu bersinggungan terus dengan urusan gengsi. Gengsi menjadi peringkat satu, gengsi menjadi profesional posisi puncak, gengsi sebagai pejabat atau ibu pejabat, gengsi sebagai pensiunan yang mandiri, dan nantinya gengsi dimakamkan di hill yang eksklusif.

Pribadi mempunyai daya dukung untuk mewujudkan ambisi dalam perwujudan yang berbeda-beda. Ujungnya, ingin jawaban agak pasti atas pertanyaan : "Siapa saya untuk dikenang ?".

Kemarin, teman dari Jogja berpendapat : "Harga diri itu bersifat personal. Juga tidak pandang status. Ekspresinya berbeda-beda, menuju ke satu". Harga diri mungkin saja  terkait dengan sifat komunal. "Keluarga, trah, bahkan hingga ke harga diri bangsa dan negara", imbuhnya.

Dalam khasanah Budaya Jawa, telah dikenal ungkapan yang terkait dengan gengsi atau aji.

Gengsi seseorang terlihat dari pakaian yang dipakai, "ajining raga saka busana". Kewibawaan ditentukan oleh integritas, "ajining dhiri gumantung kedhaling lathi", nafsu untuk mencapai tujuan dengan menggunakan segala cara, "aji mumpung", dan kehilangan kewibawaan karena ulah sendiri, "aji godhong aking".

Memburu gengsi tanpa henti, akan membawa konsekwensi. Ada yang menyadari, ada juga yang lupa atau "lali purwa duksina". Buah perbuatan ternyata selalu ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline