Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Bukan Kerbau

Diperbarui: 30 Maret 2021   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terorisme masih saja menjadi masalah. Bom bunuh diri, dicari motif yang melatar belakangi. Pun demikian, korban ikutan yang tidak paham terhadap tujuan perlu ditangani pula. Sehabis itu, aparat mengadakan operasi penangkapan lanjutan. 

Menjadi militan perlu penggemblengan. Ibarat bandhul jam, sangat mungkin ekstrim ke kanan. Mungkin juga ekstrim ke kiri. Semakin ditempa, semakin tajam dan keras asanya.

Ke kanan atau ke kiri, yang melatarbelakangi ekstrimitas antara lain sifat militan dan reaksioner. Militan, selalu fokus pada tujuan. Reaksioner, mudah tersulut dengan hal-hal yang dianggap peka. Kaderisasi untuk ini penuh misteri, dan tertutup rapi.

Di dalam dunia binatang, kerbau sering dijadikan perumpamaan. "Terambu kerbau karena rumput muda. Kerbau sekawan boleh dikandang, anak gadis seorang tiada dikawal. Kerbau jangan dimaling orang, ayam jangan dimusang".

Kerbau dalam konteks tersebut di atas terkesan tidak pandai, dan amat penurut."Bagai kerbau dicocok hidungnya". Sejatinya manusia itu ada yang meniru perilaku kerbau, tapi banyak juga yang tidak. Pada hakikatnya perilaku manusia itu sangat jauh berbeda dengan kerbau.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline