Lihat ke Halaman Asli

Bambang Subroto

Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Menuju Jalan Sesat

Diperbarui: 21 Februari 2021   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ngundhuh wohing pakarti adalah konsekwensi berlakunya hukum sebab akibat. Siapa pun yang berbuat, nantinya pasti akan panen akibat.

Hukum kausalitas juga punya analogi lain. "Harapkan guntur di langit, air di tempayan ditumpahkan". Walau pun sedikit banyak masih berupa pengharapan, terlalu membayangkan keuntungan yang belum pasti, sama sekali tidak disarankan.

Mengenal awal, mengetahui akhir, tak ada salahnya juga diperhatikan."Hal yang dimulai dengan baik, akan berakhir dengan baik pula". Dalam versi yang lain dikatakan bahwa betapa mengenaskan, jubah yang belum pernah diselesaikan, diubah menjadi pakaian jadi". Memang, siapa pun mampu memulai sesuatu, tapi hanya sedikit yang mampu menyelesaikannya dengan baik.

Kausalitas berasal usul dari bahasa Latin : causa, yang berarti sebab. Sebab dan akibat memiliki kaitan genetik. Suatu sebab akan menentukan akibat.

Terdapat dua daya dalam hukum kausalitas. Pertama, daya tarik-menarik. Kedua, daya tolak menolak. Pertempuran attraction dengan repulsion akan berdampak timbal balik. Kadang saling menjauhi, tapi sering mendekati.

Di dalam kehidupan sehari-hari, ada kecenderungan saling mendekati. Kesasar-susur, contohnya. Sudah paham kalau melanggar itu hukumannya sangat berat, tapi ya tetap dilanggar saja.

Menuju jalan sesat, menjanjikan nikmat. Inikah konskwensi dari "nihil sine causa", yaitu tak ada suatu akibat yang tanpa sebab ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline