Lihat ke Halaman Asli

Bambang Irwanto Soeripto

Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bye..Bye.. Mas Pengamen

Diperbarui: 1 Agustus 2024   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Bing Image

Pagi ini, seperti biasa, saya sedang duduk tampan rupawan di depan laptop. Seperti biasa saya menulis untuk postingan blog saya bambangirwantoripto. Sedang asyik-asyiknya mengetik, tiba-tiba terdengar..

Ehm.. ehm.. jreng.. jreng...

Tanpa harus bangkit dari duduk dan menengok ke luar rumah, saya sudah tahu siapa dia. Hampir seminggu sekali, bahkan terkadang 2 kali seminggu, dia datang di tempat tinggal saya. Dia adalah pengamen bisu dengan penampilan yang necis. Kaos didobel kemeja flanel dipadu dengan celana jins, lengkap dengan sepatu hitamnya. Biar penampilan makin keren, dia memakai topi dan kacamata berlensa bening.

Dulu, setiap pengamen itu datang, saya langsung buru-buru mencari dompet yang terkadang saya lupa taruh di mana hahaha. Lalu biasanya keluarlah selembar uang dua ribu. Dia tampak senang, lalu bergegas pergi. Begitu selalu.

Namun lama-lama, saya mulai berpikir juga. Sepertinya dia masih muda. Mungkin sekitar 25-28 tahun. Usia yang masih sangat produktif. Terus dari penampilannya, dia sehat dan bugar. Hanya mungkin kekurangannya ya, tuna wicara itu.

Tapi harusnya dengan segala kelebihannya, harusnya ya, dia mencari atau bekerja dengan mengandalkan kelebihannya. Ini malah melakukan sesuatu yang memang sebenarnya dia tidak bisa lakukan. Beda kalau dia tidak bisa bicara, tapi dia misalnya jago melukis atau bisa memasak.

Saya yakin, pasti dia mempunyai kelebihan yang bisa diandalkan. Hanya mungkin saja dia sudah nyaman ya dengan aktivitasnya sekarang. Jadi sudah malas berusaha. Begitu mudah mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras

Terus beredar nih, bisik-bisik tetangga, kalau sebenarnya dia itu tidak bisu. Tapi entahlah, saya belum bisa membuktikan. Tapi sekarang saya harus mengambil sikap.

Ehm.. Ehm.. jreng.. jreng..

Akhirnya saya bangkit dari duduk, lalu bergegas keluar. Saya agak terkejut saat melihat pengamen itu. Wah, kaos dan kemejanya baru. Dan lebih wow lagi, gitarnya baru. Untuk sekadar jreng-jreng saja, apa perlu membeli gitar baru, ya? Pikir saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline