Kemarin, saat membuka youtube lewat televisi android, saya melihat ada film pendek, judulnya ke JOGJA. Saya pun langsung klik untuk play. Dalam bayangan awal saya, film pendek berdurasi sekitar 15:59 ini, mungkin memikat, seperti film Tilik yag melambungkan sosok Bu Tejo.
Opening film Ke Jogja diawali sebuah bus ukuran sedang yang melaju jalanan aspal di sebuah perbukitan yang berkelok. Salah satu penumpangnya adalah Kinar, seorang gadis. Ini kali kedua, ia ke JogJa setelah 15 tahun berselang.
Bus lalu melewati jalan aspas tak halus dengan pohon-pohon besar di sekitar. Suasana agak remang, yang membuat saya berpikir ini waktunya pagi atau sore, ya? Terus saya juga bertanya sendiri, kok jalanan Jogja seperti ini?
Pertanyaan saya langsung terjawab, saat seorang perempuan manis bertanya pada Pak sopir, "Pak ini jalannya benar, kan?"
Lalu dijawab Pak sopir, "iya, Pak!
Si Mbak bertanya lagi, "ke desa Sidorahayu, kan?"
Owalah.. ternyata tujuan si Mbak yang bernama Kinar itu akan ke sebuah desa di Jogja. Bapak sopir itu mengambil jalan pintas bair cepat. Saya tadi fokusnya Yogja ya, fokus di pusat kota. Padahal Yogyakarta itu nama Provinsi.
Bus pun terus melaju, sampai akhirnya, si Kinar yang diperankan oleh Ayu Prasiska itu tiba di sebuah desa. Namun ia harus meneruskan perjalanan ke tempat tujuan dengan berjalanan kaki sambil menyeret sebuah kopor.
Nah, saat itulah, Kinar bertemu dengan beberapa warga yang menyapanya dengan ramah dengan menggunakan bahasa jawa. Namun justru kerena tidak mengerti artinya, Kinar pun jadi salah paham.
Kinar telah berjalan jauh, dan sepertinya hujan akan segera turun. Tiba-tiba ada seorang pemuda desa bernama Rustho, yang menawarkan bantuan. Dengan setengah hati, Kinar menerima bantuan Rustho. Akhirnya, Kinar sampai di rumah budenya.