Aku senang sekali. Akhirnya, hari ini aku bisa kembali bersekolah. Sudah seminggu aku jadi putri pingitan. Cacar air mengharuskan aku berada terus di dalam kamar.
Wuih, rasanya bosan sekali. belum lagi rasa gatal yang harus aku tahan dan tidak boleh digaruk. Aku sungguh tersiksa. Diam-diam aku sering menangis. Berkali-kali mama menghiburku. Untunglah semua sudah berakhir.
Sebenarnya cacar airku belum kering benar. Tapi aku sudah tidak betah berlama-lama dalam kamar. Apalagi aku sudah banyak ketinggalan pelajaran dan ulangan. Kayaknya aku harus banyak mengejar ketinggalan nih.
"Rena.. buruan, sayang! Udah ditunggu Kak Arul tuh!" suara mama mengingatkanku untuk segera bergegas.
Sekali lagi aku mematut diriku di depan cermin. Aku tambah sedikit lagi bedak tabur ke wajahku. Yes.. kini bekas cacar air agak samar terlihat.
"Rena..." suara mama terdengar lagi.
"Iya, Ma," jawabku sambil menyambar tas sekolah, lalu buru-buru keluar kamar. Ternyata Kak Arul sudah menungguku di teras.
"Wah.. kamu mau main topeng monyet, Ren?" sambut Kak Arul diiringi gelak tawa.
Aku langsung cemberut. "Bedaknya ketebalan ya, Ma?" aku melirik ke mama.
Mama mengangguk, lalu menghapus sebagian bedak diwajahku. "Nggak usah panik. Nanti juga bekas cacar air ini akan hilang," hibur mama.