Terkejut sekaligus takjub. Tercengang, tapi juga senang. Bingung berbaur bangga. Begitulah suasana batin Maria menanggapi rencana putri semata wayangnya, Aryati.
Putrinya itu sebentar lagi akan adakan acara Bible Study dengan Lulu dan Bella. Sedang gurunya adalah Budiman, kakeknya sendiri. Acaranya akan diadakan di pendapa depan rumah eyangnya yang cukup luas itu.
Maria pun senang dan amat mensyukurinya. Karenanya, ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan mendukungnya penuh. Sebuah kegiatan yang positif dan mulia seperti itu harus diapresiasinya, pikirnya. Namun, yang mengagetkannya, putrinya itu ternyata melibatkan juga Pendeta Muda Andreas Vidya Tama.
Idenya memang sangat logis. Karena kalau yang ikut mengajar adalah seorang pendeta, itu pilihan yang sangat tepat. Segala sesuatu yang diserahkan pada ahlinya, hasilnya pasti akan optimal.
Akan tetapi, dari mana Aryati sampai punya ide seperti itu? Feeling Maria mengatakan, bahwa Aryati pasti punya "agenda khusus" yang lainnya. Agenda apa? Itu yang ia belum paham.
"Selain belajar Alkitab, apa ada target lain yang pengin kamu sasar?"
"Ya pasti ada, Mam! Bukan target, tapi cuma sebuah harapan doang."
"Harapan apa itu?"
"Sori ya, Mam! Belum waktunya untuk diungkapin. Yang penting, Mami seneng kagak?"
"Ya seneng banget dong!"
"Kalau seneng, ya nikmati saja Mam! Artinya Mami kudu ikut juga dalam "kelas istimewa" itu..." Yati mendaulat maminya.