Lihat ke Halaman Asli

Bambang Suwarno

Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Imanmu Menentukan Imunmu

Diperbarui: 4 Agustus 2020   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi covid-19 masih merajalela. Gerak lajunya belum bisa dihentikan. Sampai hari kemarin, di Indonesia kasus positifnya sudah tembus 113 ribu lebih. Yang meninggal dunia sudah lebih dari 5300 orang. Artinya, corona virus masih berbahaya. Kita semua masih berada di bawah ancamannya. Karenanya, siapa pun tidak boleh menganggapnya enteng. Apalagi sembrono atau ceroboh terhadapnya.

Sekali lengah terhadap penetrasinya yang tak kasat mata itu. Atau sekali anda dikonfirmasi positif terpapar. Mau tidak mau, suka tidak suka, anda harus berurusan dengan rumah sakit. Tidak peduli siapa pun dan apa pun pangkat anda. Untuk sementara waktu harus terkapar dan terisolasi di sana. Otomatis anda akan terenggut dari siapa pun dan apa pun yang anda sayangi dan miliki. Sendirian menatap cemas dua kemungkinan. Sembuh atau harus berangkat ke akhirat.

Maaf, saya tidak sedang menakut-nakuti siapa pun. Saya hanya hendak mengingatkan, bahwa kita semua harus serius menyikapi pandemi ini. Minimal untuk kesehatan dan keselamatan diri dan keluarga kita sendiri. Dalam hal itu, tidak mungkinlah kita akan mengandalkan kepada pihak lain. Setiap orang harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri.

Sebab itu, tidak bisa tidak, konsistensi menerapkan protokol kesehatan secara ketat adalah harga mati. Di mana pun, kapan pun dan dalam rangka apa pun. Namun dalam menjalankan gaya hidup normal baru, tidak perlulah kita sampai menjadi paranoid. Kenapa?

Karena di samping pandemi ini memang telah merenggut nyawa 5300 orang lebih, yang sudah sembuh pun ternyata jauh lebih banyak lagi. Yaitu 70,237 orang. Artinya bagi yang sudah terpapar pun, potensi sembuhnya sangat tinggi. Fakta inilah yang membesarkan hati kita. Jika harapan hidupnya jauh lebih besar, kenapa kita harus takut?

Selain itu, ketakutan justru akan sangat merugikan diri kita sendiri. Cengkeraman rasa takut itu akan menggerus habis imunitas tubuh seseorang. Lalu jika imunitasnya sudah merosot, antibodi dalam tubuh menjadi tak mampu mengalahkan semua antigen yang menyerangnya.

Celakanya, ekspresi rasa takut seseorang itu gampang sekali menularnya. Terutama kepada orang-orang terdekat atau pada keluarga sendiri. Sehingga ketakutan justru menjadi "virus tambahan" yang juga membahayakan dirinya mau pun orang lain. Sebab itu, jangan pernah memberi ruang kepada rasa takut. Hati dan pikiran kita sebisa mungkin harus bebas dari rasa takut.

Memang, setiap orang tak mungkin bisa 100% bebas dari rasa takut. Rasa takut adalah respons manusiawi dalam mereaksi hal-hal yang dirasa mengancam dirinya. Tapi ketakutan harus bisa dikendalikan. Sebab kalau tidak kita kendalikan, kitalah yang akan dikontrol oleh ketakutan. Apa bisa menjinakkan ketakutan diri kita sendiri? Sangat bisa! Caranya?

Memperkokoh Iman Kepada Tuhan

Manusia tidak hanya dipengaruhi oleh hal-hal apa pun yang di luar dirinya. Namun sangat dipengaruhi juga oleh hal-hal yang berada di dalam dirinya. Bahkan pengaruh yang dari dalam, biasanya jauh lebih signifikan ketimbang yang dari luar.

"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline