Lihat ke Halaman Asli

Bambang Suwarno

Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Cerpen | Melamar Fanni Aminadia

Diperbarui: 31 Januari 2020   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagi saya, Pandu  adalah sahabat yang istimewa. Dia teman ngobrol yang cerdas dan inspiratif. Humoris dan solider. Dan yang terpenting, ia amat baik hati pada saya.  Sejak usia remaja, saya sudah bersahabat  karib dengannya. Itu dimungkinkan, karena dia adalah kakak kelas saya di SMP mau pun di SMA.

Lalu pertemanan masih terus berlanjut saat kami kuliah, meski di universitas yang berbeda. Bahkan sampai kini, saat saya sudah punya suami dan dua orang putera, silaturahmi kami masih terpelihara dengan baik.

"Aku salut sekali padamu, " kata Dina di suatu sore. "Kok bisa-bisanya, sampai sekarang, kamu terus berteman dengan si Pandu...."

"Memang kenapa?"

"Dia itu absurd! Kekonyolannya telah banyak makan korban..."

"Haah makan korban? Korban apaan?"

"Pandu itu kan seneng sekali dekati cewek-cewek? Suka nge-traktir makan dan ngajak nonton bioskop segala. Dengan kegantengan dan sikap flamboyannya,  ia selalu tebar pesona. Terutama pada cewek-cewek cantik....."

"Kalau itu mah, sudah sifat umum pria, Neng!" sahut saya. "Pria mana sih, yang nggak suka deket sama gadis geulis?"

"Ya tapi setelah mereka pada tertarik, lantas ditinggal begitu saja. Jadilah mereka pada broken heart ....."

"Apa Pandu memang janji mencintai, dan akan nikahi mereka?"

"Ya, enggak juga..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline