KH Maimoen Zubair atau yang biasa disebut Mbah Moen baru saja wafat. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang -- Rembang itu, sampai akhir hayatnya menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah PPP. Juga sebagai Dewan Mustasyar NU. Tentu kepergiannya sangat mendukacitakan segenap anggota keluarga besar Pondok Pesantren Al-Anwar. Juga semua warga PPP beserta seluruh kaum Nahdliyin Indonesia.
Namun, perasaan kehilangan itu bukan saja dirasakan oleh umat Islam di tanah air. Tapi umat beragama lain pun ikut merasakan. Itu dinyatakan dalam pernyataan ikut berbelasungkawa oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja (KWI).
Bahkan sesungguhnya bangsa ini, telah kehilangan seorang Guru Bangsa yang selama ini aktif merawat kebhinnekaan bangsa, demi tetap tegaknya NKRI.
Ulama Berwajah Sejuk, Santun dan Ramah
Saya rasa tidak seorang pun yang meragukan kematangan ilmu agamanya. Dari Kyai Zubair Dahlan, ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan. Sementara dari kakeknya, beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan. Dan dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang. Kerasnya kehidupan pesisir tak membuat sikapnya ikut mengeras.
Sebagai Ulama Besar, beliau sama sekali tidak menampilkan wajah keulamaan yang garang dan pemarah. Melainkan yang sejuk dan peramah. Beliau bukan ulama yang merasa paling benar sendiri, sambil menuding yang lainnya sesat. Mbah Moen sangat menjunjung tinggi pluralisme. Beliau mampu menerobos tembok-tembok lintas agama untuk bersama-sama membangun dan memperkuat kesatuan persatuan bangsa.
Penyataan-pernyataan penting Mbah Moen sudah seperti sebuah "fatwa" bagi kaum Nahdliyin. Sehingga baik Jokowi maupun Prabowo merasa sangat perlu untuk memohon restunya sebelum maju pada kontestasi Pilpres 2019 yang lalu.
Sebagai ulama kharismatik, posisinya bukan saja sebagai penjaga agama dan umat. Tapi juga sebagai tokoh penting yang merawat keutuhan bangsa di negeri yang majemuk ini. Keaktifannya dalam mendakwahkan ukkuwah wathoniah, membuat beliau sangat layak menjadi teladan dalam kehidupan ber- Bhinneka Tunggal Ika.
Politisi Bersih, Konsisten dan Negarawan
Sebagai politisi, ia bukan tipe politisi kagetan atau karbitan. Beliau memulai karir politiknya dari bawah dan melewati rentang waktu yang panjang. Selama 7 tahun Mbah Moen pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang. Tapi karena tenaga dan pikirannya masih dibutuhkan oleh negara, sehingga beliau diangkat menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama 3 periode.
Sampai wafatnya, beliau dikenal sebagai politisi PPP yang paling dihormati. Itu karena performa politik beliau yang bersih, konsisten, kredibel, bahkan negarawan. Ini sangat berbeda dengan perilaku dari para adik politiknya di PPP. Seperti Bachtiar Chamsyah, Suryadharma Ali dan Romahurmuziy yang mencoreng muka mereka sendiri.