Bumi gelap, menggempa gemetar
Tabir Bait Allah terbelah, kubur-kubur pun ternganga
Arwah orang-orang kudus bangkit ziarah. Bukit-bukit batu terpecah
Penjahat kakap bertobat dan Firdaus melambainya
Selepas sembahkan nyawa demi puaskan keadilan Bapa demi pikul dosa-dosa dunia, demi garansi kemerdekaan insani,
Penebusku tergolek di gua cadas rapat tergembok
Lihatlah, para imam pongah melonjak, para pakar Taurat sengak berjingkrak, dan khalayak banyak latah sontak bersorak. Kejemawaan semesta berpagutan dengan kuasa hitam, semburkan racun tuba dusta, melenggak liuk rayakan klaim kemenangan imitasi.
Mereka berorasi kangkangi etika. Seolah takhta nirwana sudah tergenggam. Sampai tawanya membahana cemari angkasa logika. Lawakan itu wujud kebusuk-rakusan jiwa-jiwa kerdil yang kalap. Yang menegasi keluhuran kasih paling tulus.
Tapi itu hanya beberapa kejap, hanya tiga kerdipan fajar. Ya, hanya tiga kerdipan fajar saja
Karena Sang Juruselamat telah bangkit
Dia injak-injak sengat maut yang memagut
Kristus peragakan perkasa-Nya remukkan kuasa dosa